Minggu, 08 Juni 2008

Kisah Jihad

Kenangan Singkat

Bersama Kafilah Syuhada’

Nampak dari balik ketawadhu’annya wajah yang penuh wibawa, santun, murah senyum dan penuh semangat. Pertama kali berkenalan dengannya ada semacam gairah baru yang mengalir dari dalam diriku. Silahkan masuk…dia mempersilahkanku untuk masuk kedalam rumahnya dengan penuh ikrom (Penghormatan). Sambil menikmati hidangan tamu ia mulai membuka pembicaraan dan memberi beberapa petuah tentang realita keterpurukan ummat islam dan metodologi perjuangan. Saya bisa menangkap dari gaya bicara dan meteri yang ia sampaikan bahwa ia adalah sesosok yang telah banyak berkecimpung di medan perjuangan serta merasakan suka duka di dalamnya. Ia juga megenalkan kepada saya tentang situasi dan kondisi kaum muslimin yang saat itu mendapatkan perlakuan dzolim dari satuan aparat anti teror DENSUS 88 hingga menelan beberapa korban yang tak bersalah dan tidak tahu menahu tentang masalah terorisme.

Waktu 3 hari terasa begitu singkat namun sangatlah berarti, meski hari-hari itu senantiasa diwarnai dengan kekacauan akibat ulah musuh-musuh islam namun justru menjadikan hati semakin tenang karena karena senantiasa dekat dengan Alloh. Kaum muslimin pada saat itu memutuskan untuk mengadakan perlawanan ala kadarnya demi membela agama dan harga diri yang diinjak-injak. Kejadian saling menteror antar dua belah pihakpun tak bisa terelakkan lagi dan penjagaan di antara kawasan dua belah pihakpun diperketat dan dibuat benteng pertahanan serta pos-pos penjagaan guna mengantisipasi masukkanya mata-mata yang akan mengacaukan barisan.

Sesosok yang berwibabawa itu juga sempat memperkenalkan saya dengan sekelompok pemuda lokal yang juga banyak andil dalam mempertahankan harga diri kaum muslimin yang terinjak-injak. Meski mayoritas mereka menggunakan nama samaran dan sebagian juga tak mau membuka identitas, namun suasana keakraban sangatlah nampak yang terbangun di atas tujuan yang sama yaitu membela agama dan mencari syahid. Hari-hari mereka dipenuhi dengan bertaqorrub kepada Alloh dan diselingi canda dan tawa bak orang yang tidak mempunyai masalah dengan kehidupan dunia.

Pada suatu ketika tersebarlah berita bahwa akan terjadi serangan besar-besaran dari DENSUS 88 “Semoga Alloh menghancurkan barisan mereka dan memberikan balasan yang setimpal di dunia dan akhirat”. Kaum musliminpun mempersiapkan segala apa yang ia mampui demi melaksanakan kewajiban menjaga agama dan harga diri mereka, bahkan anak-anak kecilpun nampak mempersiapkan ketapel dan tas-tas yang di penuhi dengan batu. Sholat subuh kali itu terasa begitu mengharukan yang diiringi dengan suara tangis mengharap kepada Alloh terhadap keterbatasan yang di miliki kaum muslimin. Usai mengimami sholat lelaki itupun menghadap kejamaah dengan membawa sebuah buku hijau yang berjudul “Mukhtashor haadil arwah ila bilaadil afroh/Ringkasan tamsya kesurga”. Ia menceritakan tentang keindahan surga bagi orang-orang yang mendapatkan rizqi berupa syahid dalam mempertahankan islam. Untaian-untaian nasehat itu terasa amatalah membakar semangat. Terbersit dalam benakku memory tentang film-film jihad yang biasa menayangkan tentang biografi para syuhada’ dan hatiku seakan berbisik bahwa orang yang berbicara di depan ini mempunyai sifat-sifat yang mirip dengan apa yang saya saksikan di film tersebut. Mungkinkan ia akan mendapatkan nasib yang sama yaitu di karuniai syahadah?

Ketika waktu yang di janjikan tiba, terdengar suara teriakan takbir menggema dari segala penjuru di iringi dengan suara muntahan peluru yang membabi buta. Demikian pula mereka memberikan ancaman dari 3 buah helikopter menggunakan pengeras suara dengan begitu angkuhnya agar kaum muslimin mau menyerah. Suasana amatlah menegangkan seakan tak ada pilihan lain kecuali membunuh atau terbunuh. Dan pada kejadian itu nampaklah kegagahan pemuda-pemuda islam dan kepengecutan musuh-musuh Alloh yang hanya bersembunyi balik Panser (Barakuda) dan berseragam anti peluru sedang kaum muslimin hanyalah bersenjatakan ala kadarnya. Sungguh mereka berperang untuk mencari kehidupan yang semu dan menghindari kematian sementara kaum muslim justru mencari kematian demi mendapatkan kehidupan yang kekal nan abadi.

Peperangan itu berlangsung dengan begitu dahsyat dan akhirnya di karenakan kemampuan persenjataan yang tak memadai maka kaum musliminpun terpukul mundur dan terjebak di sela-sela bangunan yang begitu rapat. Sebagian mereka tertangkap, sebagian lagi tertembak dan ada juga yang di siksa sampai menjemput kesyahidan. Sungguh mereka amatlah biadab membantai kaum muslimin bahkan penduduk setempat yang tak tahu menahu itu tentang hal itupun turut terkena imbasnya dan terkena peluru nyasar.

Menurut kesaksian sebagian ikhwan bahwa lelaki yang berwibawa itu adalah yang pertama kali mendapatkan kesyahidan. Ia maju dengan penuh semangat hingga sebutir peluru menembus dadanya, “Allohu akbar…laailaaha illalloh” itulah kalimat terakhir yang ia teriakkan. Sebagian ikhwan tercengang dengan kenyataan itu. Ia telah syahid…? Sebagian merekapun berusaha menyelamatkan jasad yang berlumuran darah tersebut meski para sniper juga tak membiarkan dan menembak setiap orang yang mendekatinya. Namun dengan susah payah akhirnya jasad itu dapat di selamatkan dan dibawanya ke masjid. Mayat itu tersenyum laksana orang yang tertidur, darahnya terus mengalir dan jasadnya lemas (tidak kaku) menandakan bahwa ia mati dalam keadaan yang tenang. Sungguh ciri-ciri kesyahidan sangat nampak akurat pada dirinya.

Selang beberapa waktu beberapa jenazah menyusul dengan luka-luka akibat tembakan dan siksaan. Ternyata mereka adalah dari para pemuda yang sempat ia perkenalkan kepada saya beberapa hari lalu juga. ًًًWajah-wajah tersenyum dan penuh kebahagiaan itu nampak dari balik luka-luka yang menghiasi tubuh mereka. Darah syuhada itu mengalir hingga membasahi lantai masjid. Seakan diri saya tidak percaya karena begitu cepatnya kepergian mereka yang baru beberapa hari yang lalu kita bersama. Rasa terharu dan tetesan air matapun tak tertahankan di iringi suara tangis para masyarakat yang menyaksikan. Namun itu semua segera sirna dengan mengingat firman Allah:

وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ

“Dan janganlah kalian mengira bahwa orang-orang yang terbunuh di jalan Allah itu mati akan tetapi mereka hidup dan di beri rizqi”.(Al-Imron:169)

Masih selalu teringat kenangan bersama mereka dengan penuh canda dan tawa. Kami siap menjadi saksi di hadapan Alloh bahwa mereka adalah orang yang berjuang di jalannya. Mereka adalah orang-sholeh semoga Alloh menganpuni dosa-dosa mereka. Dan kami akan menuntut di pengadilanmu kelak ya Alloh atas perbuatan biadab yang di lakukan musuh-musuh islam terhadap mereka. Ya Allah, hancurkan dan hinakanlah mereka di dunia dan di akhirat, sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang membenci tegaknya agamamu di permukaan bumi ini. Dan kepada saudaraku seperjuangan, jadikanlah ini semua sebagai ibroh untuk bisa melangkah lebih pasti dan jangan pernah berputus asa karena semakin besar ujian menandakan semakin dekatnya pertolongan Allah. Ketahuilah perjuangan masih panjang sejauh fitnah masih tersebar di permukaan bumi dan satukanlah langkah tanpa harus gegabah yang berakibat kegagalan.

Uweis Abdulloh

Di Bumi Alloh

0 komentar: