Minggu, 15 Juni 2008

Mengenal Maturudiah

Sejarah Singkat Al Maturidiyyah

Print

E-mail

Sumber : -


Dimanakah Allah ? Kita beriman bahwa Allah berada di atas singgasananya (istiwa alal arsy). Golongan Asy’ariyyah mengingkari bahwa Allah memiliki tempat, mereka mengatakan bahwa itu mustahil, mereka beriman bahwa kita akan melihat Allah.

Karena sebab inilah golongan Mu’tazillah menentang mereka; jika mereka mengatakan bahwa Allah tidak memilki tempat dan mereka mengatakan bahwa kamu akan melihat-Nya, lalu bagaimana kamu dapat melihat-Nya tanpa menemui-Nya di tempat-Nya? Golongan Asy’ariyyah berkata bahwa Allah swt tidak memilki tempat, kita akan melihat Allah di atas, di bawah, di samping kiri, di kanan dan disetiap tempat. Golongan Mu’tazillah berpendapat bahwa orang yang mengatakan bahwa Allah tidak memiliki tempat akan tetapi kamu akan melihat-Nya adalah sebuah pernyataan yang patut untuk ditertawakan.

Golongan Asy’ ariyyah percaya bahwa Hadits Shohih yang Ahad tidak bisa diambil dalam masalah akidah akan tetapi mereka membangun semua madzhab mereka dan ushulud dien (pokok-pokok agama) mereka, Imaan, Qur’an dan ‘uluw (mereka) didasarkan atas 2 bait sajak.

Akhtal, seorang penyair Kristen berkata, “Kata selalu ada di dalam hati, akan tetapi lisan digunakan sebagai bukti terhadap apa yang ada dalam hati mereka.” Serupa apa yang mereka katakan bahwa Kalamullah adalah bukan realita kata-kata yang sesungguhnya dari-Nya dan perkataan iman hanya merupakan bukti dari apa yang ada dalam hati.

Dia juga berkata dalam ayat yang lain, “Dia mengontrol (istiwa) Iraq tanpa pedang dan pertumpahan darah.” Mereka menggunakan ini untuk merubah arti singgasana-Nya kepada arti “kontrol”. Semua kekacauan ini berasal dari para rasionalis dari golongan Al-Maturidiyah.

Abu Mansur Al-Maturidi

Golongan Maturidiyah berasal dari Imam Abu Mansur Al Maturidi. Golongan rasionalis yang diatributkan kepada Al Maturidi. Sumber Ushulud Dien mereka adalah rasio dan mengambil teks (Al Quran dan Sunnah) sebagai sumber kedua setelah itu.

Al Maturidiyah didirikan dalam rangka untuk mengkounter golongan yang lain (seperti Mu’tazillah dan Ash’aris), akan tetapi tidak disebut Al Maturidiyah hingga setelah kematiannya.

Dia meninggal pada tahun 333 H. dia adalah Abu Mansur Muhammad bin Muhammad ibn Mahmud Al Maturidi Al Samarqandi. Maturidi adalah sebuah tempat di dekat Samarqan tempat dia dilahirkan meskipun tidak seorangpun secara pasti mengetahui tahun kelahirannya. Ini adalah sebuah observasi penting karena ini berarti bahwa orang yang membuat isnad tidak mengetahui cukup informasi tentangnya untuk menjadikannya sebagai sumber, artinya tidak ada seorang alim pun yang pernah mengenalnya.

Adapun, Syeikh Nusair bin Yahya Al Balkhie (Hanafi) meninggal tahun 368 H, hanyalah seorang Syeikh yang diatributkan kepadanya. Dia tampaknya belajar semua fiqh dari Abu Hanifah, melalui beberapa pernyataan bahwa dia belajar dari ulama Hanafi lainnya seperti Al Jauzani dan saudaranya Abu Nasr Al Ayaad.

Al Imam Abu Mansur Al Maturidi digambarkan dalam buku; “Al Fath Al Mubin” (Terbuka Jelas Atas Tingkatan Ushulis), “Abu Mansur menggunakan argumen yang kuat untuk meyakinkan setiap orang, dia menggunakannya untuk mempertahankan aqidah umat muslim……”

Dia adalah orang yang banyak merujuk pada rasio/akal dan dari pendapat-pendapat mereka sendiri. Mereka memberikan kepadanya titel yang menyeluruh/sempurna, sepanjang persoalan itu bisa dibuktikan, dia tidak akan mengambil pendapat ulama. Mereka mengatakan, “Dia berdiri keras melawan golongan Mu’tazillah”. Dia begitu luar biasa dalam menyerang teks (Al Quran dan As Sunnah) dengan menggunakan rasio. Dia seorang rasionalis yang mencoba membuktikan eksistensi Allah dengan hujjahnya sendiri, akan tetapi jika dia tidak mengetahui bagaimana eksistensi Allah berdasarkan Al Qur’an maka dia akan dihukum oleh Allah swt. Abu Mansur berdebat dengan semua ulama yang tidak sependapat dengannya. Dia berdebat dengan banyak orang dari golongan Mu’tazillah dan bersatu dengan Asy’ariyy dalam melawan mereka. Tidak ada bukti bahwa dia bertemu dengan Imam Abul Hasan Al Asha’ari, akan tetapi murid-murid mereka saling bertemu. Dia memilki perselisihan yang besar dengan Ahlul Hadits, dia menyaksikan pembunuhan besar-besaran antara Ahlul Hadits dan Ahlul Kalam. Kelebihan dari Imam Abu Mansur Al Maturidi adalah dia menulis banyak buku, akan tetapi dia tidak banyak mendapat dukungan dari ulama. Dia meninggal dan dikuburkan di Samarqand.

Dia dikenal adalah orang yang kuat. Dia dikenal oleh salah seorang ulama yaitu Abu Hasan An Nadawi, beliau berkata, “Abu Mansur Al Maturidi adalah seorang yang pandai, lihai dan terampil dalam semua seni.” (Rijal Al Fikri Wad Da’wah)

Dia hidup pada masa yang sama dengan Abul Hasan Al Ash’ari, akan tetapi tidak ada bukti bahwa mereka saling bertemu. Namun dilaporkan bahwa mereka berdebat dan berkomunikasi melalui surat dan melalui murid-murid mereka (meslipun tidak ada bukti bahwa mereka secara nyata berkomunikasi lewat surat).

Dia memiliki banyak buku termasuk, “Ushul Fiqh”, “Takfir”, “Takwil” yang dia gunakan untuk menyerang Jahmiyah dan salah satu bukunya yang terkenal yaitu “Kitabul Tauhid”

Dalam “Kitabul Tauhid”, tidak disebutkan tentang Tauhid Uluhiyah, pembicarannya murni tentang Tauhid Rububiyah dan sesuatu yang berhubungan kepada Tanzih.

Al Maturidiyah

Setelah dia meninggal, ide-idenya berkembang mulai tahun 333 H hingga 500 H dikalangan murid-muridnya. Banyak dari mereka yang menulis banyak buku yang mengikutinya dalam aqidahnya dan mengikuti fiqh dari Abu Hanifah. Termasuk di dalamnya (muridnya) yaitu Imam Abul Qasim Ishaq bin Muhammad bin Ismail Al Hakim Al Samarqandi (meninggal 342 H), dikenal sebagai Abul Qasim Al Hakim dan Abu Muhammad Abdul Kareem bin Musa bin Isa Al Bazdawi (meninggal 390 H) dikenal sebagai Al Bazdawi

Setelah ini tingkatan Al Maturidiyah dengan tokoh Abul Yusr Al Bazdawi (421 H – 493 H), dikenal sebagai Muhammad bin Muhammad bin Husain Abdul Kareem Al Bazdawi. Dia dikenal sebagai Syeikh dari Ahnaf setelah saudara tertuanya.

Setelah itu dia menjadi Syeikh Al Hanafiyah. Dia belajar dari ayahnya yang mengambil dari kakeknya yang merupakan murid dari Abu Mansur. Dia juga belajar dari banyak ulama Mu’tazilah. Dia belajar dari buku filosofi Al-Kindi. Dia menyalahkan Abu Hasan Al Ash’ari karena bukunya akan membingungkan semua orang (yang membacanya). Sesungguhnya dia telah membenarkan buku dari Abu Mansur Al Maturidi tentang At Ta’wil dan mendasari bukunya atas buku tersebut. Abu Yusr Al Bazdawi meninggal di Bukhara pada tahun 493 H.

Pada masa terakhir tulisan dan kumpulan dari aqidah Al Maturidiyah dari tahun 500 H dan seterusnya. Dilanjutkan pertama kali oleh Abul Mu’in An Nasafi (438 H – 508 H), orang yang berada antara Maturidiyah dari Baqilaani dan Ghozali serta Ash’aris. Dia menulis beberapa buku termasuk “Kitab At Tahmeed” yang berisi semua opininya.

Setelah itu, Najm Ad Dien An Nasafi (462 H – 537 H). Dia adalah Najm Ad Dien bin Muhammad An Nasafi, pengikutnya mencapai lebih dari 500 orang, dan terkenal dengan nama Abul Yusr Al Bazdawi dan Abu Isa. Imam Sam’aani berkata tentang biografi An Nasafi :

“Pertama saya mengenalnya dia adalah seorang Imam yang memenuhi syarat dan dia menghimpun semua buku. Akan tetapi ketika saya berkunjung ke Samarqand saya membaca beberapa bukunya penuh dengan ilusi dan penyimpangan. Saya temukan (dari buku-buku tersebut) dia tidak mampu memahami hadits.”

Perlu dicatat bahwa Najm Ad Dien lebih dikenal oleh pengikutnya daripada Abu Mansur Al Maturidi. Setelah itu, Maturidiyah tersebar hingga ke Madaris dari Doubond dari tahun 1283 H dan tahun 1272 H. Maturidiyah tersebar hingga ke Brelwies. Penguasa Brelwies pada waktu itu adalah Ahmad Rida Khan, seorang Hanafi Maturidi. Dia dikenal sebagai “pemabantu dari Musatafa”. Dia meninggal tahun 1340 H. Sekolah terakhirnya adalah sekolah Al Kauthari, juga dikenal sebagai Jarkasi (1296 H – 1371 H) sebagai tokoh Maturidi. Dia adalah orang yang menghina semua a’immah dari ummah dan berkata “semua buku Salaf adalah syirik dan kita seharusnya tidak membacanya.” Dia adalah orang yang menulis semua buku-buku Abu Mansur Al Maturidi setelah itu.

Inilah sejarah singkat dari golongan Al Maturidiyah, darimana mereka datang dan bagaimana mereka berkembang. Penting untuk menggambarkan awal mula mereka. Karena kekacauan dari aqidah mereka tersebar luas di dunia hingga saat ini. Kita seharusnya mencatat bahwa dasar dari semua argumen mereka diawali dengan rasio/akal dan tidak didasarkan atas standar Islam dan sahabat Muhammad saw. Ahlul Sunnah Wal Jama’ah tidak menyimpang dari jalan sahabat Muhammad saw, baik dalam aqidah atau fiqh. Pemahaman inilah yang tidak ada (tidak ditemukan) di Al Maturidiyah.

0 komentar: