Sabtu, 07 Maret 2009

Hasan Al-Bashriy Sang Alim Yang Bijaksana

Oleh: Uweis Abdullah

Beliau adalah seorang ulama yang masyhur dikalangan para tabi'in. Bukan karena berasal dari keturunan berdarah biru, namun kebijaksanaan dan kezuhudan beliau hingga namanya tersohor diseluruh penjuru daerah. Di saat Hasan al-bashriy menjadi imam, kota Bashrah merupakan benteng islam yang terbesar dalam bidang ilmu pengetahuan. Masjidnya yang agung penuh dengan para sahabat dan para tabi'in yang berhijrah kesana. Demikian pula halaqah-halaqah keilmuan dengan beraneka ragam coraknya memakmurkan masjid-majid yang ada disekitarnya.

Biografi singkat Hasan al-bashriy
Nama lengkap beliau adalah Hasan bin Abil Hasan Yasar, Abu sa'id . Beliau lahir di madinah dua tahun sebelum akhir kekhilafahan Umar ibnu Khattab yaitu sekitar tahun 21 H. Dalam lingkungan keluarga ummul mu'minin, Hindun atau yang masyhur denga sebutan ummu salamah dari salah seorang budak beliau yang bernama Khairah. Dengan penuh kegembiraan ummul mu'nimin menyambut kelahiran seorang anak lelaki dari budak kesayangannya sembari bertanya "sudahkan engakau memberikan namanya wahai Khairah?" Khairah menjawab "belum, aku ingin andalah yang memberikan nama untuknya sesuka anda". Ummu salamah berkata "kita akan memberi nama yang diberkahi oleh Allah  yaitu Hasan". Lalu beliau mengangkat tangannya untuk mendo'akan kebaikan baginya.
Kebahagiaan atas kelahiran Hasan Al-Bashriy tidak hanya dirasakan oleh keluarga ummul mu'minin, namun juga keluarga sahabat utama, penulis wahyu Rasulullah yaitu Zaid bin Tsabit. Sebab ayah dari sang bayi tersebut yang bernama yasaar adalah budak beliau. Hasan Al-Bashriy sangat beruntung karena dibesarkan di dalam keluarga ummul mu'minin. Beliau hidup dibawah kasih sayangnya, bahkan pada saat ibu beliau harus keluar rumah untuk memenuhi kebutuhan majikannya maka Ummu salamahlah yang menggendong sang bayi. Ketika ia menangis maka ummul mu'minin meletakkannya di pangkuan dan menyusuinya hingga kenyang dan dian dari tangisnya.
Pada masa kecil Hasan Al-Bashriy, ia banyak meramaikan suasana rumah Ummul Mu'minin dengan ketangkasan yang menyenangkan. Beliau hidup dalam suasana yang diterangi oleh cahaya Nubuwah dan menguak sumber air jernih yang tersedia di rumah-rumah ummul mu'minin. Beliau juga berguru kepada sahabat-sahabat utama di masjid nabawi. Beliau meriwayatkan dari Utsman bin Affan, Aliy bin Abi Thalib, Abu Musa Al-Asy ariy, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas, Annas bin Malik, Jabir bin Abdillah dan lain-lain. Menginjak usia 14 tahun beliau berpindah bersama kedua orang tuanya ke Bashrah dan menetap di sana. Dari sinilah muncul julukan Al-Bashriy yang dinisbatkan kepada kota bashrah.
Semenjak beliau menjadi seorang ulama dan muftiy di bashrah, ummat banyak menggali ilmu kepada beliau. Mendatangi pengajian serta mendengarkan ceramah-ceramahnya yang mampu melunakkan jiwa yang keras hinnga mengucurkan air mata. Banyak orang yang terpikat dengan kata-kata hikmah beliau yang sangat mempesona. Beliau mempunyai banyak sifat mulia sebagaimana Imam Qotadah berkomentar tentang beliau "tidak ada seorang yang lebih sempurna harga dirinya (muru'ah) melainkan Hasan". Dan berkata Bakr bin Abdullah "barang siapa yang ingin mengetahui orang yang paling pandai diantara kita maka hendaklah ia melihat hasan".
Shafwan bin Malik bercerita: aku bertemu dengan Maslamah bin Abdul Malik di daerah Hirrah, beliau bertanya "wahai Khalid ceritakan kepadaku tentang Hasan Al-bashriy, aku rasa engaku lebih tau dari yang lain". Aku berkata: "semoga Allah  menjaga anda dan saya adalah sebaik-baik orang yang akan memberikan khabar kepada anda tentang Hasan wahai amir, karena saya adalah tetangga sekaligus muridnya yang setia. Saya lebih mengenal beliau dari pada orang bashrah lainnya. Beliau berkata: "ceritakanlah apa yang engkau ketahui tentang ia". Saya berkata: "beliau adalah seorang yang hatinya sama dengan lahirnya, perkataannya sama dengan perbuatannya. Jika menyuruh perkara yang ma'ruf maka beliau yang paling sanggup melakukannya. Jika ia melarang dari yang mungkar, beliau pula yang paling mampu meninggalkannya. Saya melihatnya satu sosok yang tidak memerlukan pemberian dan zuhud terhadap apa yang ada ditangan orang lain. Sebaliknya saya dapati betapa orang-orang memerlukan dan menginginkan apa yang dimilikinya”. Maslamah berkata: ”cukup wahai Khalid, cukup! Bagaimana mungkin kaum bisa sesat bila ada orang semisal ia di tengah-tengah mereka?. Hasan al-Bashriy wafat pada tahun 110 H

Tauladan sikap hikamah beliau dalam berda'wah
Sebagai seorang ulama, hasan al-bashriy adalah sosok yang sangat disegani oleh kawan maupun lawan. Hal ini dikarenakan sikap hikmah beliau dalam mengambil sikap sebelum melangkah. Dari sejarah perjalanan hidup beliau kita bisa memetik berbagai faidah dari sikap hikamah beliau dalam berda'wah. Diantaranya adalah:

1. Sikap beliau terhadap Al-Hajjaj bin Yusuf As-saqofiy
Ia adalah seorang yang dzalim, sombong, buruk perangainya dan suka menumpahkan darah. Ia mempunyai keberanian dan kelicikan serta fasih dalam berkata-kata. Dialah orang yang membunuh khalifah Abdullah bin Zubair di Makkah Mukarramah atas perintah Abdul Malik bin Marwan bin Hakam. Ia diutus dengan jumlah pasukan 3000 personel. Hajjaj bin Yusuf mengepung penduduk Makkah selama lima puluh bulan dan sepuluh malam. Pada peperangan tersebut wajah Abdullah bin Zubair terkena manjanik hingga mengalirkan darah. Pasukan Hajjaj bin Yusuf langsung mengepung dan membunuhnya. Dan setelah kematiannya maka Hajjaj bin Yusuf mengirimkan kepalanya kepada Abdul Malik bin Marwan di Damaskus. Kejadian ini tepatnya pada hari selasa 12 Jumadil ula tahun 72H/692M.
Ketika Hajjaj bin Yusuf menjadi penguasa di irak, ia terkenal bengis dan suka membunuh para Ulama yang tidak sependapat dengannya. Hingga segolongan dari kaum muslimin datang kepada Hasan al-bashriy meminta fatwa untuk memberontak kepadanya. Namun Hasan al-basri melarangnya meski pada hakikatnya Hajjaj bin Yusuf juga sangat membencinya dan beberapa kali merencanakan pembunuhan terhadap dirinya namun gagal. Sikap beliau yang tidak mau melakukan pemberontakan, dikarenah kebijaksanaan beliau untuk bersabar atas kedzaliman demi menjaga persatuan kaum muslimin.
Namun demikian bukan berarti Hasan al-bashriy berdiam diri dari kema'syiatan yang dilakukan oleh penguasa. Bahkan beliau tampil sebagai sosok yang tegas dan tidak takut terhadap ancaman penguasa Dzalim. Suatu ketika Hajjaj bin Yusuf membangun istana yang sangat megah untuk dirinya dikota Wasit. Ketika pembangunan telah selesai diundangnya orang-orang untuk melihat dan mendo'akannya. Hassan Al-bashriy tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini untuk berda'wah saat manusia banyak berkumpul. Beliau tampil berceramah mengingatkan mereka tentang zuhud di dunia dan menganjurkan manusia untuk mengejar apa yang ada di sisi Allah . Beliau berkata: "wahai manusia, kita mengetahui apa yang dibangun oleh manusia yang paling kejam dan kita dapati Fir'aun yang membangun istana yang lebih besar dan megah dari pada bangunana ini. Namun kemudian Allah membinasakan Fir'aun beserta apa yang dibangunnya. Andai saja Hajjaj sadar bahwa penghuni langit membencinya dan penduduk bumi telah memperdayakannya…
Keesokan harinya ia berkumpul dengan para pejabatnya dengan memendam amarah dan berkata "celakanlah kalian! seorang dari budak-budak Bashrah memaki-maki kita dengan seenaknya dan tidak seorangpun dari kalian yang berani mencegahnya. Demi Allah akan kuminumkan darahnya kepada kalian". Hajjaj memerintahkan pengawalnya untuk menyiapkan pedang dan algojonya. Dibawalah Hasan al-bashriy, semua mata tertuju kepadanya dan hati mulai berdebar-debar menunggu nasibnya. Begitu hasan al-basriy melihat algojo dengan pedang yang terhunus beliau membaca sesuatu. Lalu berjalan mendekati Hajjaj dengan ketabahan seorang mu'min, kewibawan seorang mu'min dan kehormatan seorang da'i. Melihat ketegaran beliau nyali Hajjaj menjadi ciut dan terpengaruh oleh kewibawaan Hasan al-bashriy. Dia berkata dengan ramah "silahkan duduk di sini wahai Abu Sa'id".
Seluruh yang hadir menjadi terbengong dan terheran-heran melihat perilaku amirnnya yang mempersilahkan Hasan duduk di kursinya. Sementara itu Hasan dengan tenang dan penuh kewibawaan duduk ditempat yang dipersilahkan untuknya. Hajjaj menoleh kepadanya lalu menayakan beberapa hal tentang urusan agama, dan dijawab oleh hasan al-bashriy dengan jawaban-jawaban yang menarik dan mencerminkan pengetahuan yang luas. Merasa cukup dengan pertanyaannya maka Hajjaj berkata "wahai Abu Sa'id anda benar-benar adalah tokoh ulama yang hebat." Ia semprotkan minyak wangi kejenggot Hasan al-bashriy lalu diantar sampai keluar pintu.
Pada kesempatan lain Hajjaj kembali ingin membunuh beliau. Dan takkala telah berada di hadapannya beliau berkata "wahai Hajjaj, berapa banyak menusia antara dirimu dan adam alaihissalam?" ia berkata "banyak". Hasan berkata lagi "kemanakah mereka"? Ia menjawab "Mati" semabari menundukkan kepalanya. Cukup dengan kata-kata hikmah tersebut menjadikan hajjaj mengurungkan niatnya.

2. Sikap beliau terhadap Umar bin Hubairah
Setelah wafatnya khalifah Umar bin Abdul Aziz kekuasaan beralih kepada Yazid bin Abdul Malik. Khalifah baru ini mengangkat Umar bin Hubairah Al-Farazi sebagai gubernur irak sampai khurasan. Kepemimpinan Yazid tidak sebagaimana lurusnya para pemimpin sebelumnya, dan ada kalanya beliu sering mengirim surat kepada Umar bin Hubairah agar melaksanakan perintahnya yang terkadang melenceng dari kebenaran.
Untuk memecahkan problem ini beliau memanggil para ulama diantaranya adalah As-Saya'biy dan Hassan al-bashriy. Dia berkata "sesungguhnya amirul mu'minin Yazid bin Abdul Malik telah diangkat oleh Allah  sebagai khalifah atas hamba-hambanya, sehingga wajib dita'ati dan aku di angkat sebagai walinya di negeri irak sampai daerah Persia. Dia telah menulis surat perintah yang adakalanya kupandang tidak adil. Dalam keadaan yang demikian, bisakah kalian memberikan jalan keluar untukku, apakan aku harus menta'ati perintah-perintahnya yang bertentangan dengan agama?"
As-syabiy menjawab dengan jawaban yang lunak, dan sesuai dengan jalan pemikiran pemimpinnya itu. Sedangkan Hasan Al-Bashriy tidak berkomentar sehingga Umar menoleh kepadanya dan bertanya "wahai Abu Sa'id, bagaimana pendapatmu?" Beliau berkata "Wahai Abu Hubairan, Takutlah kepada Allah atas yazid dan jangan taku kepada Yazid karena Allah. Sebab ketahuilah bahwa Allah bisa menyelamatkanmu dari Yazid sedang Yazid tidak bisa menyelamatkanmu dari murka Allah . Wahai Ibnu Hubairah, aku khawatir akan datang kapadamu Malaikat maut yang keras dan tak pernah menentang perintah Rabbnya. Lalu memindahkanmu dari istana yang luas ini menuju liang kubur yang sempit. Di situ engakau tidak akan bertemu dengan Yazid. Dan sadarilah wahai ibnu Hubairah tidak ada ketaatan bagi makhluk, siapapun dia, bila untuk berma'syiat kepada Allah .
Umar bin Hubairah menangis Hingga basah jenggotnya karena terkesan ketika mendengarnya. Ia berpaling dari As-Sya'bi kepada Hasan Al-Bashriy. Umar menjadi semakin menghormati dan memuliakannya. Setelah kedua ulama tersebut keluar orang-orangpun datang berkerumun ingin mengetahui berita pertemuan mereka dengan Amir irak tersebut. As-Sya'bi menemui mereka dan berkata "wahai manusia barang siapa mampu mengutamakan Allah atas makhluknya dalam segala keadaan dan masalah, maka lakukanlah itu. Demi yang jiwaku berada di genggamannya, semua apa yang dikatakan Hasan kepada Umar bin Hubairah aku juga mengetahuinya. Tapi yang kusampaikan kepadanya adalah untuk wajahnya, sedangkan apa yang disampaikan oleh hasan adalah untuk wajah Allah . Maka aku disingkirkan oleh Allah .

3. Sikap beliau kepada para Qurra'
Suatu ketika Hasan Al-Bashriy keluar dari istana Umar bin Hubairah, dan ia mendapati para Qurra' (ahli membaca Al-Qur'an) sedang berada di depan pintu istana. Beliaupun berkata "kenapa kalian berada disini? apakah kalian ingin masuk bersama orang-orang buruk itu? Demi Allah, bermajelis bersama mereka bukanlah majelis orang-orang yang baik. Pergilah, semoga Allah memisahkan antara ruh-ruh kalian dan jasad-jasad kalian. Sungguh kalian telah menghamparkan sandal kalian, dan menyingsingkan baju kalian, dan memangkas rambut kalian, serta membuka aib para Qurra', semoga Allah membuka Aib kalian. Demi Allah andai saja kalian mau bersikap zuhud terhadap apa yang ada pada mereka, maka niscaya mereka akan menginginkan apa yang ada pada diri kalian. Akan tetapi kalian menginginkan apa yang ada pada diri mereka, maka mereka menjauhi apa yang ada pada kalian, dan Allah menjauhkannya dari kalian sejauh-jauhnya.
Demikianlah petikan mutiara hikmah dari kepribadian Hassan Al-Bashriy. Beliau memenuhi dunia ini dengan ilmu, hikmah dan fikih. Warisan yang diunggulkan bagi generasi setelahnya adalah kehalusan yang mampu menyegarkan jiwa, dan nasihat-nasihatya yang menyentuh hati serta menjadi petunjuk bagi mereka yang lalai akan kehidupan dunia.
Beliau pernah ditanya tentang tentang dunia dan keadaannya. Beliau menjawab "Anda bertanya tentang dunia dan akhirat, sesungguhnya perumpamaan antara dunia dan akhirat adalah seperti timur dan barat. Bila yang satu mendekat, maka yang lain menjauh. Dan anda meminta kepadaku untuk menggambarkan keadaan dunia, maka aku katakana bahwa dunia diawali dengan kesulitan dan diakhiri dengan kebinasaan. Yang halal akan dihisab dan yang haram akan berujung siksa. Yang kaya akan mendapatkan ujian dan fitnah, sedang yang miskin selalu dalam kesulitan.
Adapun jawaban beliau terhadap orang lain yang menayakan sikap beliau terhadap dunia beliau berkata "duhai celaka, apa yang telah kita pebuat atas diri kita? Kita telah menelantarkan agama kita, dan mengemukakan dunia kita, kita rusak akhlak kita dengan memperbaharui rumah, ranjang serta pakaian. Kita bertumpu pada tangan kiri kita lalu memakan harta yang bukan haknya. Makanan hasil menipu, amalnya karena terpaksa, ingin yang manis setelah yang asam, ingin yang dingin setelah yang panas, ingin yang basah setelah yag kering. Manakala telah penuh perut mereka berkata "wahai anakku ambillah obat pencerna". Hai orang yang dungu, sesungguhnya yang engakau cerna itu adalah agamamu. Mana tetanggamu yang lapar, mana yatim-yatim kaummu yang lapar? Mana orang miskin yang menantikan ulauranmu? Mana nasihat Allah dan Rasulnya? kalau saja engkau sadari hisabmu. Tiap kali terbenam matahari berkuranglah satu hari dari usiamu dan lenyaplah sebahagian dari padamu.


Referensi:
 Al-Bidayah Wannihayah, karya Ibnu katsir, terbitan darul ma'rifah, Beirut Lebanon tahun 1418 H
 Taqribut Tahdzib, karya Ibnu Hajar al-atsqolaniy, terbitan Mu'assasah Risalah, Beirut tahun 1420 H
 Siyar A'lamin Nubala, karya Adz-Dzahabiy, terbitan Muassasah risalah, Beirut, tahun 1410 H
 Tarikh Ibnu Khaldun, karya Abdurrahman bin Khaldun, terbitan darul fikr, Beirut tahun1417 H
 Tarikh Khulafa, karya imam As-Suyutiy, terbitan muassasatul kutub as-saqofiyah,Beirut tahun1414 H
 Al-Hikmah Fid da'wah ilallah, karya Sa'id bin Aliy bin Wahf al-qohtoniy, Risalah magister
 Wajah dunia islam, karya Muhammd sayyid al-wakil, terbitan pustaka al-kautsar Jakarta tahun 1409 H
 Jejak para tabi'in, karya Abdurrahmab raf'at basya, terbitan pustaka at-tibyan, solo tanpa tahun.




0 komentar: