Sabtu, 07 Maret 2009

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab

Oleh: Uweis Abdullah

Kepahlawanan dalam islam

Kisah perjalanan diinul islam senantiasa di motori oleh para pahlawan yang mencurahkan seluruh kemampuan dengan penuh keikhlasan dalam rangka mempertahankan kemurnian agama islam. Diantaranya adalah Alib Arsalan, beliau adalah seorang panglima perang yang menghadapi pasukan Rumanus pemimpin Bizantium dengan jumlah pasukan sebanyak 60.000 pasukan yang ingin menghancurkan kaum muslimin. Saat itu kaum muslimin berada dalam keadaan cemas dan tidak mungkin untuk melarikan diri dari jihad. Terkumpullah jumlah kaum muslimin dengan jumlah hanya sekitar 15.000. Mereka semua menggunakan kain kafan berwarna putih dikarenakan pasrah terhadap kematian yang mungkin akan menjemput mereka. Hingga saat dimana pasukan rumanus mulai datang hingga debu-debu pun mengepul diatas angkasa dikarenakan jumlah pasukan yang sangat banyak, pasukan kaum musliminpun meriakkan takbir: Allahu Akbar…Allahu Akbar…Allahu Akbar, Allah akan memenuhi janjinya, nemolong hamba-hambanya dan menghancurkan pasukan-pasukan dengan sendirinya. Para korabanpun bergelimpangan darah mengalir membasahi kafan-kafan berwarna putih sampai akhirnya terdengarlah teriakan ”Berita gembira wahai kaum muslimin sesungguhnya rumanus telah tertawan”. Saat itu kaum muslimin melakukan sujud syukur. Kemudian Alib arsalan berkata kepada Rumanus “ Bukankan telah aku tawarkan kepadamu harta, wilayah dan kerajaan agar engkau tidak mengganggu kaum muslimin?” Ia berkata: Benar. Lantas ditanya:”Kenapa engkau tidak mau menerimanya?” ia menjawab: karena aku mengira akan menghabisi pasukanmu dan menguasai kerajaanmu. Dikatakan kepadanya “akan tetapi saat ini Allah telah menghinakanmu, kira-kira menurutmu apa yang akan aku perbuat terhadapmu?”. Ia berkata: kalau engkau berkehendak bunuhlah aku, atau menyeretku dengan rantai, atau engkau menerima tebusan dariku. Kemudian Alib arsalan berjalan kecil lantas berkata: wahai rumanus maukan engkau berjanji kepadaku apabila aku melepaskanmu engkau tidak akan memerangi kaum muslimin selamanya?. Mendengar kata-kata itu rumanus mengalirkan air mata karena ia merasa akan selamat dari kematian, lantas ia berkata: bagimu janjiku wahai pemimpin islam. Kemudian alib arsalan berkata “pasukanku akan mengantarkanmu kewilayahmu wahai rumanus dan aku telah membekali untuk perjalanan pulangmu dengan uang sebesar 15.000 dinar.

Dari penggalan kisah di atas menggambarkan tentang kepahlawanan dalam sejarah islam yang sangat luar biasa. Sehingga Allah memenagkan kaum muslimin sebagai realisasi dari firmannya:

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

Syaikh Muhammad bin Abdul wahhab adalah salah satu dari sekian banyak tokoh dalam perjuangan menegakkan diinul islam. Beliau menghabiskan masa hidupnya dalam rangka menyeru manusia kepada tauhid dan menopang da’wahnya dengan jihad. Beliau hidup dikalangan masyarakat yang banyak melakukan kesyirikan. Digambarkan bahwa pada saat itu telah banyak kuburan-kuburan yang disembah, batu-batu yang dikeramatkan, dan beristighatsah kepada para waliy. Dengan gigih beliau berjuang menyebatkan tauhid hingga Allah mengangkat bendera tauhid hampir diseluruh jazirah Arab.
Biografi syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab

Nama beliau : Muhammad bin Abdul wahhab bin sulaiman bin aliy at-taymiy

Lahir : Pada tahun 1115 hijriah atau 1703 masehi[1]. Tempat lahir beliau di daerah “Ainiyah” [2] sebuah desa yang terletak di yamamah najed, barat daya dari kota Riyadh, perjalanan antaranya dan Riyadh sekitar 70 km.

Keturunanya : 1, husain. 2, Abdullah. 3, aliy, 4. Ibrohim. 5. Hasan

Murid beliau : Hammad bin nashir bin utsman, Abdul aziz bin Abdullah Al-hushoin, Said bin Hajiy, Abdurrohman bin Najiy, Hammad bin Rasyid Al-Uraini, Muhammad bin sulthon al-usijiy, Abdurrahman bin khomis, Hasan bin abdullah bin iedan, Abdul Aziz bin Suwailim, Abdurrahman bin abdul muhsin, Abdurrahman bin naajiy.

Wafat beliau : Beliau wafat pada hari senin bulan syawal 1206 hijriah, atau 1791 masehi, ketika berumur sekitar 91 tahun.

Kondisi masyarakat pada Masa syaikh Muhammad bin Abdul wahhab

Keadaan Najd sebelum Diserukannya da’wah syaikh Muhammad bin Abdul wahhab sangatlah tidak layak dikatakan islami. Mereka banyak yang menyembah kubur dan mengeramatkan bebatuan dan pepohonan. Diantara mereka juga ada yang mengagungkan para wali dan mempercayai sihir. Diantara pekuburan yang gunakan untuk kesyirikan pada saat itu diantanya adalah kuburan Zaid bin khattab di jabilah, kuburan Dhirar bin Azur di lembah ghubaira’, dan kuburan para sahabat t yang terdapat di dar’iyyah. Itu semua dijadikan tempat peribadatan oleh masyarakat awam pada masa itu. Adapun dari jenis pepohonan yang di keramatkan adalah pohon korma yang terkenal dengan sebutan “ فحول “. Mereka sering meminta berkah kepada pohon ini. Biasanya seorang wanita yang lambat mendapatkan jodoh mendatangi pohon korma ini sembari berdo’a : يا فحل الفحول أريد زوجا قبل الحول. Adapun batu yang terkenal pada saat itu adalah gua bintul amir yang diyakini bahwa Allah menutupnya untuk bintu amir saat menyelamatkan diri dari orang-orang fasik yang akan menodai kehormatannya. Masyarakat mendatanginya dengan mempersembahkan makanan dan daging. Adapun wali yang terkenal pada masa itu adalah “Taaj” manusia menjadikannya sebagai thagut yang mana manusia berdo’a dan bernadzar kepadanya[3]. Padahal pada masa itu sebenarnya juga banyak para ulama yang hidup dan menyerukan da’wah, namun mereka belum ditakdirkan mampu untuk merubah keadaan masyarakat yang demikian itu. Hal ini dikarenakan beberapa hal:

1. Mereka tidak mempunyai backing yang memperkuat da’wah mereka

2. Kurangnya kesabaran dikarenakan banyaknya cobaan di jalan Allah Y

3. Kurangnya keilmuan mereka dalam rangka mengarahkan masyarakat denga cara yang tepat dengan kondisi mereka

Da’wah Muhammad bin Abdul wahhab

Bagi siapa yang mempelajari tarikh maka ia akan mendapati bahwa tidak akan dapat dipisahkan antara aqidah dan harokah. Hal ini dikuatkan dengan fakta sejarah Rasulullah yang mana beliau menerima wahyu dan kemudian menyeru manusia untuk bertauhid kepada Allah Y dan ketika telah tercipta Qoidah Shalabah kurang lebih selama 13 tahun Allah Y [4]. Demikan pula syaikh muhammad bin Abdul wahhab, setelah memperdalami ilmu diin, Kodisi masyarakat najed yang banyak terjadi kerusakan menggugah semangat beliau untuk memperbaharui keadaannya, kemudian membentuk komunitas yang akan medukung da’wahnya dengan kekuatan.

Pertama kali beliau berkeinginan untuk menyebarkan da’wahnya secara terang-terangan beliau dilarang oleh orang tuanya dikerenakan kondisi yang sangat tidak mendukung dan dikhawatirkan banyak medapat penentangan dari masyarakat. Maka kemudian beliaupun mengarang kitab yang berjudul Kitaabut Tauhid yang menjadi landasan pemikiran beliau. Setelah ayahnya Abdul Wahhab meninggal dunia maka beliaupun mulai berda’wah secara terang-terangan. Awalnya beliau meminta dukungan dari pemimpin daerahnya Uyainah dan dengan dukungannya beliau berhasil melakukan 3 missi beliau yaitu: Menghancurkan Kijing yang ada di atas kuburan seperti diatas kuburan zaid bin khattab, kemudian menebang pohon yang dikeramatkan, kemudian merajan para pezina yang meyerahkan dirinya kepada beliau.

Namun ternyata ada pihak yang tidak suka terhadap da’wah beliau, diantaranya adalah Sulaiman bin Muhammad bin Gharir. Ia menulis surat kepada penguasa uyainah dan mengancam akan memberhentikan gaji tahunannya, agar supaya mengusir Muhammad bin Abdul Wahhab dari Uyainah. Maka beliaupun menyuruh Muhammad bin abdul wahhab pergi kemana saja yang ia kehendaki. Maka beliaupun menuju dar’iyyah dan melanjutkan da’wahnya disana.

Bertemu dengan Muhammad bin su’ud dab medirikan daulah suudiyah pertama pada taqhun 1744 H-1843 H

Setibanya di dar’iyyah malalui perantara seseorang beliaupun dipertemukan dengan Muhammad bin Su’ud, dan terjadilah baiat antara keduanya untuk memperjuangkan da’wah. Beliaupun menyebarkan da’wahnya dana mengirim surat kepada para ulama dan penguasa yang ada di sekitarnya. Diantara mereka ada yang menerima dan ada pula yang menolak. Sebahagian mereka ada yang menampakkan permusuhan dan mengkafirkan syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan menghalalkan darahnya. Maka beliaupun mengumumkan jihad difa’ terhadap ancaman yang akan datang dari para penentang da’wah. Setelalah beliau berda’wah sekitar dua tahun maka semakin banyaklah pengikutnya dan demikian pula banyak yang berdatangan dari pendukung beliau dahulu di uyainah. Beliaupun dan Muhammad bin suud menjadikan dar’iyyah menjadi pusat pergerakan di bidang agama, politik dan militer. Surat-suratpun bayak dilayangkan kepada para masyayikh yang berada di wilayah sekitarnya untuk meyeru kepada tauhin. Diantara mereka ada yang menolak yaitu penguasa Riyadh. Maka terjadilah peperangan antara dariyyah dan Riyadh selama kurang lebih 27 tahun. Tak ada satu tahunpun yang terlewatkan kecuali terjadi padanya peperangan. Hingga para syuhada pun banyak yang bergugurang disana dan Allah memberikan kemenangan terhadap pasukan alu su’ud. Dengan ditaklukkannya Riyadh maka semakin terbukalah pintu da’wah bagi para pemuka-pemuka wilayah tersebut. Sepeninggal Muhammad bin suud maka ia digantikan dengan anaknya yaitu Abdul aziz. Perlawanan dari pihak musuhpun mulai gencar dan bendera jihad di kibarkan oleh Abdul Aziz dan syaikh. Hingga beliau dapat menguasai yamamah, Qushoim, Qatar[5] dan bagian selatan dari irak. Akhirnya beliau Abdul Aziz ditikam saat beliau sedang melaksanakan shalat ashar di dariyyah. Dan sebelum itu saat beliau telah berkurang kekuatannya beliau membaiat anaknya yang bernama suud untuk meneruskan perjuangan tepatnya pada tahun 1788m. Kemudian beliau dapat menguasai makkah dan menyebarkan da’wah dan amar ma’ruf nahi mungkar disana.

Beberapa waktu setelah itu para pemimpin utsmaniyahpun makin merasa geram dan menyiapkan tentara untuk menyerang dariyyah dari bashroh namun akhirnya kalah dan mereka berkumpul di daerah mesir. Dan tak lama setelah itu raja abdul aziz meninggal dunia dan digantikan dengan anaknya abdullah bin suud. Namun terjadilah kekisrusan pada saat itu dikarenakan saidara beliau faishal bin suud[6] beliau mengganggu kekuasaannya. Terpecahlah keluarga suud yang akhirnya memudahkan bagi pasukan turki untuk menguasai najd. Maka diutuslah panglima perang muhammad taushan untuk menyiapkan pasukan di mesir dan mereka berhasil menaklukkan madinah munawwarah dan juga makkah al mukarramah.

Pada saat itu digambarkab bahwa seorang pemimpin utsmaniyyah yang bernama ibrohim basya yang tidak mempunyai sopan santun hadir di pengajian sulaiman bin abdullah[7] cucu syaikh. Kemudian ia bertanya dengan rada sombong semabari mengeluarkan alat musik dan bertanya kepada syaikh: apa pendapatmu tentang ini? Beliau menjawab: Haram dan tidak diperbolehkan mendengarnya. Maka kemudin ia mengeluarkan syaikh tersebut ke kuburan dan menembaknya disana dengan 5 peluru dan akhirnya beliau syahid. Setelah itu hancurlah daulah suudiyah dan dikuasai oleh daulah utsmaniyyah.

Daulah su’udiyah yang kedua pada tahun 1238 H-1309 atau 1819-1890 M

Salah satu anak keturunan dari muhammad bin suud adalah turkiy bin Abdullah bin Muhammad bin suud. Ia lari dari kekuasaan ibrohim basya dan menyendiri di sebuah padang pasir di najed. Ia muali kembali berusan mempesatukan ummat pada tahun 1230 dan menyebarkan da’wah dan akhirnya berubahlah jalur kekuasaan yang tadinya dari keturunan abdul aziiz bin suud berubah ke jalur Muhammad bin suud. Maka dari pihak keluaga Abdul aziz pun merasa iri dan akhirnya mereka mendidik masyari bin Abdurrahman bin abdul aziz dan berfikir untuk membunuh turkiy tersebut dan akhirnya terjadilah pembunuhan tersebut seusai beliau melaksanakan shalat jumah. Kemudian masyari mengangkat dirinya menjadi amir. Ketiak hal ini di ketahui oleh anak beliau yang bernama faishal bin turkiy maka beliua juga berusaha untuk menuntut darah ayahnya dan terbunuhlah masyariy. Maka setelah kekuasaan berada di tangan abdullah bin turkiy pemimpin mesir merasa khawatir akan hal tersebut dan mendidik orang dekat kerajaan dari yaitu keturunan dari kerajaan yang bernama kholid dan saudaru kandung faishal bin turkiy. Sedangkan Kholid memang kurang senang dengan pindahnya tampu kekuasaan ke tangan anak keturunan abdullah bin muhammad.

Maka terjadilah maker yang akhirnya faishal bin turki menyerahkan kekuasaannya dan menyerahkan kepada kholid. Namun akhirnya para rakyat tidak menyukainya dan mengadakan pemberontakan dan mereka kembali berkumpul bersama faishal bin turkiy sang pemimpin yang mereka cintai. Namun akhirnya beliau meninggal dunia. Ketikan itu saudaranya yang yang bernama abdullah bin turkiy dan saudaranya muhammad berada di padang pasir sendangkan Abdurrahman anak ke empat dari faishal berada di Riyadh dan mengumumkan diri sebagai imam. Dan setelah itu ia menyerahakan kekuasaan kepada abdullah bin fhaishal atas dasar persaudaraan. Dalam keadaan semacam ini maka daulah turkiy kembali meyerang Riyadh dan akhirnya jatuhlah daulah suudiyah yang kedua setelah wafatnya abdullah bin faishal.

Daulah suudiyah ke 3 hingga sekarang

Saat diamana najed dikuasai oleh ibnu rasyid dan runtuhnya kerajaan suud. Maka muncullah seoran pemuda dari keturunan Abdurrahman bin faihal yang bernama abdul aziziz. Beliau tumbuh dengan keislaman dan di bawah bimbingan syaikh Abdullah bin Abdullathief. Maka suatu ketika abdul aziz bersama 40 pasukan menuju keistana kerajaan yang ditempati oleh salah seorang perdana menteri ibnu rasyid yang bernama ijlan. Ia memilih jalan yang tidak memungkinkan bagi para penggembala mengetahui kepergian mereka. Hingga sampai di suatu wilayah yang bernama dhol us’syi’bi mereka mengistirahatkan binatang kendaraan mereka dan meyuruh 30 orang untuk tetap tinggal disana tepatnya dirumah salah seorang saudari iparnya. Beliau bersama 10 orang menuju kediaman ijlan pada tengah malam dan megetuk pintunya. Istrinya pun bertanya siapa yang mengetuk pintu? Ia menjwah pesuruh kerajaan. Tidak mungkin sesungguhnya tidak ada yang mengetuk pintu pada malam hari melainkan menginginkan wanita dan keburukan. Mak iapun memaksa untuk masuk dan menodong istrinya, dan menanyai tetang suaminya. Kemudian dikhabarkan bahwa ia sedang berada di dalam istana dan akan keluar menjelang subuh. Ketika subuh tiba dan pintu istana terbuka maka di seranglah ijlah dan istana dapat di kuasai dan kembalilah kerajaan ke tangan keluarga suud yang kemudian di dukung oleh masyarakat najed.

Tuduhan miring terhadap syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab

Sebagaimana sudah menjadi sunnatullah bahwa setiap ada kebenaran pasti akan ada pihak lain yang menjadi penentang, demikian pula denga beliau syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab. Ada beberapa tuduhan miring yang dilemparkan terhadap beliau.

1. Mereka menuduh syaikh mengaku sebagai nabi

hal ini dikerenakan menurut mereka bahwa syariat yang dibawa oleh syaikh adalah syari’at yang baru. Meskipun beliau tidak mengaku secara terang-terangan hal ini hanya dikerenakan khawatir banyak yang akan lari dari padanya.

2. Khawarij
3. Takfir
4. Mengingkari syafaat Rasul r
5. Mengingkari karomah Auliya.
6. Hadits Najd Tanduk Setan

عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَاأَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ مُسْتَقْبِلٌ الْمَشْرِقَ يَقُولُ أَلَا إِنَّ الْفِتْنَةَ هَا هُنَا مِنْ حَيْثُ يَطْلُعُ قَرْنُ الشَّيْطَانِ

Sebenarnya yang dimaksud dalam hadits ini adalah Iraq, hal ini karena banyak dikuatkan dengan hadits lain dan perkataan para sahabat. Demikian pula dengan fakta sejarah bahwa awal fitnah pembunuhan umar, utsman, aliy adalah dari irak demikian pula dengan munculnya aliran-aliran sesat dari irak.

Posisi beliau terhadap daulah utsmaniayah

Ada sebahagian orang yang mengatakan bahwa beliau memecah belah jama’ah. Padahal beliau sangat memperhatikan tentang masalah ketaatan kepada pemimpin dan tidak di dapatkan satupun pernyataan yang jelas menyatakan bahwa beliua mengkafirkan daulah utsmaniyyah akan tetapi yang dikafirkan adalah suatu wilayah kecil yang berada di dekat turki yang telah nyata-nyata melakukan kesyirikan. Berkata syaikh Ajil An-Nasymiy: saya katakana dengan yakin bahwa tulisan-tulisan syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab tidak ada yang menyatakan secara terang-terangan tentang penentangannya terhadap Khilafah Utsmaniyyah.

Dan beliau berkata juga: sesungguhnya khabar yang sampai kepada daulah utsmaniyyah tentang da’wah syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab adalah banyak rekayasanya. Hal ini menjadikan daulah Utsmaniyyah memusuhinya. Baik itu khabar yang datang dari para kedutaan yang ada di hijaz, Baghdad atau khabar yang di bawa oleh oran lain membawa khabar dari astanah.

Kedudukan saudara beliua Sulaiman bin Abdul Wahhab.

Sejak masa kecil beliau berdua memang suka bersaing dalam keilmuan. Hingga beranjak dewasa ternya Muhammad bin Abdul Wahhab yang lebih menonjol keilmuannya. Akhirnya saat syaikh telah masyhur di tengah masyarakat maka tumbuhlah rasa hasad dalam hati sang kaka. Ia pun menentang da’wah adiknya dan sempat menulis buku yang berjudul Fashlul khitob fi roddi ala Muhammad bin Abdul Wahhab, namun kemudian ini diganti dengan para musuh dengan judul “ As showa’iq al ilahiyyah fi raddi ala da’watil wahhabiyyah”. Sulaiman senantiasa menampakkan permusuhan terhadap da’wah yang beliau sampaikan. Namun akhirnya beliau mau bertaubat dan kembali kepada kebenaran.

Pengaruh da’wah syaikh terhadap alam islamiy[8]

Dengan perjuangan yang tak terkira akhirnya da’wah syaikh muhammad bin abdul wahhab berhasi merambah berbagai daerah diantaranya adalah:

1. yaman

Diantara syaik yang terkenal di sana adalah Muhammad bi Ismail as shan’aniy. Demikian pula syaikh Muhammad bin aliy as syaukaniy

2. Hindia

Diantara syaikh yang terkenal disana adalah Ahmad bin irfan al baryaliy

3. Indonesia

Pertama yang dimasuki adalah wilayah Sumatra sekitar tahun 1803 M. dan kemudian jawa dan setelah itu mereka banyak mengutus para thullabul ilmu yang berguru kepada muri-murid syaikh muhammad bin abdul wahhab

4. turkistan

5. china

6. mesir

Syaikh yang terkenal adalah rosyid ridha

7. libya

8. Al-jazair dan ke

9. sudan

[1]. Pada masa Utsmaniyaah: Ahmed III, Mahmud I, Utsman III, Mustafa III, Abdul Hamid I, Salim III,

[2] Muhammad bin abdul wahhab da’watuhu wasiirotuhu, karya bin baz maktabah syamilah 1/ 16

[3] Da’watu syaikh Muhammad bin abdul wahhab wa atsaruha fil alam al-islami, maktabah syamilah hal: 32

[4] Da’wah muhammad bin abdul wahhab salafiyah la wahabiyyah, hal: 109

[5] Ini terjadi 4 tahun sebelum wafatnya syaikh

[6] Menurut az-zarkaliy

[7] Pengarang buku taisirul azizil hamid

[8] Cuplikan sebahagian dari buku da’wah syaikh muhammd bin abdul wahhab wa atsaruha fi alam islamiy



1 komentar:

Anonim mengatakan...

WAHAAAAABBBIIIIIIIIIIIIIII