Sabtu, 01 Agustus 2009

Menyongsong Persatuan Melalui Penyeragaman Puasa dan Ied

MUQADDIMAH
Diinul islam adalah agama yang dibangun diatas persatuan. Dan ia menjadi ciri khusus yang membedakannya dari agama-agama yang lain. Berkata syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab ketika menjelaskan perkara-perkara jahiliah: "mereka orang-orang jahiliyah berpecah belah dan beranggapan bahwa as-sam'u wat tha'ah (Mendengar dan ta'at kepada pemimpin) adalah kehinaan dan kenistaan, kemudian Allah l memerintahkannya untuk bersatu dan melarang mereka dari perpecahan" .
Allah l berfirman:
وَاعْتَصِمُواْ بِحَبْلِ اللّهِ جَمِيعاً وَلاَ تَفَرَّقُواْ وَاذْكُرُواْ نِعْمَتَ اللّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاء فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَاناً وَكُنتُمْ عَلَىَ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni'mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni'mat Allah, orang-orang yang bersaudara. dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk" (Qs. Al-Imran: 103)
Di ayat lain Allah l juga berfirman:
وَلاَ تَنَازَعُواْ فَتَفْشَلُواْ وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُواْ إِنَّ اللّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
"dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar". (Qs. Al-Anfal: 46)
Di ayat lain Allah l berfirman:
وَلاَ تَكُونُواْ كَالَّذِينَ تَفَرَّقُواْ وَاخْتَلَفُواْ مِن بَعْدِ مَا جَاءهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَأُوْلَـئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
"Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat". (Qs. Ql-Imran: 105)
Firmannya juga:
إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُواْ دِينَهُمْ وَكَانُواْ شِيَعاً لَّسْتَ مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ إِنَّمَا أَمْرُهُمْ إِلَى اللّهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُم بِمَا كَانُواْ يَفْعَلُونَ
"Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama-Nya dan mereka menjadi bergolongan , tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu kepada mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah terserah kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat". (Qs. Al-An'am: 159)
SIMBOL PERSATUAN DALAM PUASA DAN IED
Di dalam syari’at yang Allah k turunkan kepada hambanya tentu mengandung maslahat baik yang langsung dapat dideteksi oleh indra manusia atau tidak disadari oleh manusia. Termasuk di dalam syai’at puasa dan ied ada maslahat besar yang terpendam dibaliknya yaitu persatuan. Simbol persatuan tersebut dapat difahami dari hadits Rasulullah ` yang berbunyi:
الصَّوْمُ يَوْمَ تَصُومُونَ وَالْفِطْرُ يَوْمَ تُفْطِرُونَ وَالْأَضْحَى يَوْمَ تُضَحُّونَ
“puasa adalah saat dimana kalin semua berpuasa dan fitri adalah saat diamana kalian semua berfitri dan hari adha adalah saat kalian semua melaksanakan udhiyah”. (Hr. Tirmidzi)
Disebutkan dalam tuhfatul ahwadzi :
وَفَسَّرَ بَعْضُ أَهْلِ الْعِلْمِ هَذَا الْحَدِيثَ فَقَالَ : إِنَّمَا مَعْنَى هَذَا الصَّوْمُ وَالْفِطْرُ مَعَ الْجَمَاعَةِ وَعِظَمِ النَّاسِ
bahwa yang dimaksud dengan hadits diatas adalah perintah untuk melaksanakan puasa mengikuti jama’ah dan mayoritas manusian
Dari hadits diatas kita dapat menyimpulkan bahwa dalam pelaksanaan puasa terdapat simbol persatuan. Yaitu dengan melaksanakannya bersama-sama mayoritas manusia. Dan barang tentu bahwa kebersamaan merupakan salah satu indikasi persatuan. Sedangakan penyelisihan terhadap perintah untuk melaksanakan secara bersama’an merupakan indikasi perpecahan. Majelis fatwa lajnah da’imah pernah ditanya tentang sebahagian kaum muslimin yang melakukan ramadhan meyelisi mayoritas kaum muslimin dengan alasan bahwa mereka tidak meyakini ru’yah hilal kecualil dengan melihat secara mata telanjang dan tanpa menggunakan alat maka dijawab sebagai berikut:
يجب عليهم أن يصوموا مع الناس ويفطروا مع الناس ويصلوا العيدين مع المسلمين في بلادهم لقول النبي صلى الله عليه وسلم: « صوموا لرؤيته وأفطروا لرؤيته فإن غم عليكم فأكملوا العدة » متفق عليه، والمراد الأمر بالصوم والفطر إذا ثبتت الرؤية بالعين المجردة أو بالوسائل التي تعين العين على الرؤية لقوله صلى الله عليه وسلم: « الصوم يوم تصومون والإفطار يوم تفطرون والأضحى يوم تضحون
“wajib bagi mereka untuk berpuasa bersama manusia dan fitri bersama manusia serta shalat iedain bersama kaum muslimin dinegaranya. Berdasarkan hadits rasulullah ` (berpuasalah kalian dengan ru’yah dan fitrilah dengan ru’yah. Dan apabila terjadi mendung maka sempurnakanlah bilangannya) mutafaq alaihi. Maksudnya adalah perintah untuk berpuasa dan fitri apabila telah terlihat bulan denga mata telanjang atau dengan alat bantu untuk melihatnya. Ini berdasarkan hadits rasulullah ` “puasa adalah saat kalian semua berpuasa dan fitri adalah saat kalian semua befitri dan adha adalah saat kalian semua menunaikan udhiyah”.
Berkata syaikhul islam ibnu taymiyah:
Nampaknya bulan bagimanusia meski yang meliahatnya sepuluh orang namun tidak dianggap oleh mayoritas penduduk negeri karena kesaksiannya tertolak, atau mereka tidak mau bersaksi atasnya, maka hukumnya adalah hukum mayoritas kaum muslimin. Mereka tidak boleh melakukan wukuf, adha dan shalat ied kecuali bersama mereka. Maka demikian pula halnya dengan puasa harus bersama kaum muslimin. Inilah ma’na hadits rasulullah:
صَوْمُكُمْ يَوْمَ تَصُومُونَ ، وَفِطْرُكُمْ يَوْمَ تُفْطِرُونَ ، وَأَضْحَاكُمْ يَوْمَ تُضَحُّونَ
”puasa kalian adalah saat dimana kalian semua berpuasa dan fitri kalian adalah saat dimana kalian semua berfitri dan adha kalian adalah saat kalian semua beradha”.
Oleh karenanya imam ahmad berkata “hendaknya mereka berpuasa bersama imam dan jama’ah kaum muslimin baik dalam suasana terang atau mendung”
MOMENTUM PEMBAGUNAN PILAR PERSATUAN
Islam telah meletakkan pilar-pilar persatuan diantaranya pada puasa dan peleksanaan ied. Ini dapat kita fahami hadits yang yang disampaikan rasulullah tentang kewajiban mengikuti mayoritas kaum muslimin. Adapun pilar-pilar persatuan tersebut adalah:
1. Mengiklaskan niat dalam setiap amal ibadah
Keikhlasan akan menjadikan persatuan terasa indah meski harus mengalahkan pendapat sendiri. Karen tujuan yang akan dicapai tidak lain adalah keridhaan Allah k. Allah k bersabda:
قل إني أمرت أن أعبد الله مخلصاً له ديني
Katakanlah: "Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama. (Qs. -Zumar: 11)
Rasulullah ` bersabda:
إنما الأعمال بالنيات ولكل امرئ ما نوى فمن كانت هجرته إلى الله ورسوله ومن كانت هجرته لدنيا يصيبها أو امرأة ينكحها فهجرته إلى ما هاجر إليه
“sesungguhnya seluruh amal perbuatan tergantung kepada niatnya. Dan bagi setiap orang apa yang ia niatkan. Barag siapa yang hijrahnya untuk Allah dan rasulnya maka baginya keridhaan dari Allah dan rasulnya. Dan barang siapa yang hijrahnya untuk dunia yang ia inginkan atau wanita yang akan ia nikahi maka baginya adalah apa yang ia inginkan”. (Hr. Bukhariy)
Dan barang tentu bahwa suatu amalan yang tidak disasarkan kepada keikhlasan akan tercemari dengan hasad, mencari ketenaran dan yang sejenisnya yang menyebabkan perpecahan ditengah kaum muslimin.
2. Bersatu diatas kebenaran
Dan tentunya kewajiban untuk mengikuti kebanyakan manusia adalah apabila merka berpegang kepada kebenaran yang berasal dari al-qur’an. Pendapat kebanyakan manusia apabila tidak bersandar kepadanya merupakan kesesatan. Sebagaimana firman Allah k yang berbunyi:
وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ
“dan apabila kalian mengikuti kebanyakan manusia dimuka bumi maka mereka akan menyesatkan kalian dari Allah”. (Qs. Al-An’am: 116)
Sehingga disebutkan dalam tuhfatul ahwadzi bahwa yang dimakud dengan hadits “puasa adalah saat diamana kalian berpuasa dan fitri adalah saat kalian berfitri”. Adalah:
إِنَّهُ إِخْبَارٌ بِأَنَّ النَّاسَ يَتَحَزَّبُونَ أَحْزَابًا وَيُخَالِفُونَ الْهَدْيَ النَّبَوِيَّ ، فَطَائِفَةٌ تَعْمَلُ بِالْحِسَابِ وَعَلَيْهِ أُمَّةٌ مِنْ النَّاسِ ، وَطَائِفَةٌ يُقَدِّمُونَ الصَّوْمَ وَالْوُقُوفَ بِعَرَفَةَ وَجَعَلُوا ذَلِكَ شِعَارًا وَهُمْ الْبَاطِنِيَّةُ ، وَبَقِيَ عَلَى الْهَدْيِ النَّبَوِيِّ الْفِرْقَةُ الَّتِي لَا تَزَالُ ظَاهِرَةً عَلَى الْحَقِّ فَهِيَ الْمُرَادَةُ بِلَفْظِ النَّاسِ فِي الْحَدِيثِ وَهِيَ السَّوَادُ الْأَعْظَمُ وَلَوْ كَانَتْ قَلِيلَةَ الْعَدَدِ
“Itu merupakan penghabaran bahwa manusia akan berkelompok-kelompok dan meyelisihi petunjuk dari nabi. Sekelompok menggunakan hisab dan diikuti oleh sebahagian manusia. dan kelompok yang lainnya mengawalkan shaum dan wukuf di arafah dan menjadikan hal tersebut syiar khusu dan mereka adalah golongan bathiniyah. Dan tersisa sekelompok yang tetap berada di atas petunjuk nabi dan ia akan nampak diatas kebenaran. Itulah yang dimaksud “ puasa (bersama) manusia” di dalam hadits. Dan ia sawadul a’dzom meski sedikit jumlahnya”.
(lihat tuhfatul ahwadzi)
3. Melepaskan belenggu ashabiah jahiliah
Dalam membangun persatuan hendakalah kaum muslimin melepaskan diri dari belenggu ashabiah jahiliyah. Yaitu saling tolong menolong dalam kesalahan dan kedzoliman. Ini bisa terwujud dengan cara menguatkan pendapat kelompoknya meski nyata-nyat salah. Seakan-akan ia mengukur kebenaran dan membatasinya sebatas apa yang sesuai dengan kelompoknya tanpa memperhatian kekuatan hujjah yang dijadikan pegangan. Sikap semacam ini sebagaimana perbuatan orang-orang jahiliah. Sudah barang tentu bahwasanya ashabiyah adalah sebab terjadinya perpecahan pada tubuh kaum muslimin dan tertutupnya diri seseorang dari kebenaran yang mungkin saja berada di fihak orang lain. Rasulullah ` pernah ditanya tentang ashabiyah beliau menjawab: “yaitu kalian membantu kaum (kelompok) kalian dalam kedzaliman”. (Hr. Ahmad)
4. mengembalikan perkara kepada Al-qur’an dan sunnah
Yang menjadi ukuran kebenaran mutlak adalah apa yang datang dari al-qur’an dan sunnah rasulullah. Sehingga apabila terjadi perselisihan diatara kaum muslimin terkhusus kaitaanya dengan waktu pelasanaan puasa dan ied maka hendaknya dikembalikan kepada pendapat yang paling sesuai dengan al-qur’an dan sunnah. Allah k berfitman:
فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
“Dan apabila kalian berselisih tentang sesuatu maka kembalikanlah kepada Allah dan rasulnya apabial kalian beriman kepada Allah dan hari akhir yang demikian itu lebih baik bagi kalian dan merupakan sebaik-baik ta’wil”. (Qs. An-Nisa: 59)
Ibnu katsir berkata: “berhukum kepada kitab Allah dan sunnah rasulullah ` dalam menyelesaikan persengketaan adalah suatu kebaikan”.
Rasulullah ` bersabda:
تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ
“aku tinggalkan pada kalian dua perkara yang kalian tidak akan tersesat apabial berpegang teguh pada keduanya. Yaitu kitab Allah k dan sunnah rasulnya. (Hr. Malik)
5. mengikuti cara pandang para salafus shalih dan ulama ahlus sunnah.
Ini merupakan keniscayaan karena ummat saat ini tidak akan menjadi baik kecuali dengan menempuh jalan yang dicontohkan para salafus shalih. Allah k berfiman”
وإذا جاءهم أمر من الأمن أو الخوف أذاعوا به ولو ردوه إلى الرسول وإلى أولي الأمر منهم لعلمه الذين يستنبطونه منهم
Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri) . (Qs. An-Nisa: 83)
Dalam ayat diatas Allah k mencela orang-orang bodoh yang tidak mau bertanya kepada orang yang berilmu. Hingga mejadikan mereka kacau balau dan membuat kerusakan dimuka bumi. Ini sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang khawarij yang memandang suatu permasalan tidak segaimana para ulama ahlussunnah dan menafsirkan sesuatu menuruti hawa nafsunya dan terbawa oleh emosional.
Referensi
At-Thariq ila wahdatil ummah, karya abdurrahman bin abdul khaliq
Majmu fatawa lajnah daimah, maktabah syamilah
Tuhfatul ahwadzi, maktabah syamilah
Fatawa al-kubra, maktabah syamilah
Tafsir al-qur’anul adzim, maktabah syamilah
Read More..