Rabu, 24 Juni 2009

POTRET DA'WAH BIJAK

A. Muqaddimah
Segala puji dan syukur hanyalah milik Allah sebagai Rabb yang mengatur alam semesta. Shalawat serta salam kepada Rasulullah, keluarga, para sahabat, tabi'in dan tabi'ut tabi'in serta siapa saja yang masih kosnsisten dalam menapaki jalan hidup beliau.
Da'wah merupakan salah satu dari sekian amal islami yang sangat mulia. Allah memberikan gelar kepada pelakunya sebagai sebaik-baik ummat. Namun, bukan berarti da'wah dapat dilakukan semaunya tanpa dibarengi dengan sikap yang bijaksana. Karena tanpa kebijaksanaan da'wah akan susah mencapai puncak keberhasilan yang diinginkan yaitu I'la'u kalimatillah. Diantara sikap bijak dalam berda'wah adalah Hikmah fil-qoul dengan memperhatikan kepada siapa perkataannya itu akan ia tujukan. Karena setiap golongan manusia mempunyai daya kemampuan tersendiri dalam menangkap dan menerima perkataan orang lain. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam kata-kata hikmah "Berbicaralah kepada manusia sesuai kadar kemampuannya". Dan inilah salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan seorang da'i dalam berda'wah
Sebagaimana da'wah adalah merupakan suatu amalan yang ditujukan kepada berbagai corak manusia dengan berbagai keyakinan, mulai dari sesama kaum muslimin sendiri, ahlul kitab, musyrikin dan orang-orang atheis, maka setiap model dari masing masing keyakinan ini mengharuskan adanya cara tersendiri dalam berda'wah kepada mereka. Dalam makalah dengan judul POTRET DA'WAH BIJAK (Hikmah Fil-Qoul dalam berda'wah kepada sesama kaum muslimin) ini, penulis ingin memaparkan gambaran tentang cara berda'wah kepada sesama kaum muslimin dengan hikmah fil-qoul yang merupakan implementasi sikap bijak dalam medan da'wah.
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi penulis pridabi dan kepada kaum muslimin secara umum. Dan penulis sadar sebagi manusia biasa, tentunya dalam maqalah ini terdapat beberapa kekeliruan, oleh karenanya kami terbuka untuk menerima saran dan kritik dari para pembimbing dan pembaca sekalian.


B. Ta'rif (pengertian)
Untuk memperjelas maksud judul yang tertera dalam makalah ini ada baiknya kami sedikit menerangkan maksud yang kami inginkan darinya secara global.
Potret artinya adalah gambaran , Dawah artinya adalah suatu usaha baik melalui perbuatan atau perkataan atau atau pengetahuan dalam rangka mempengaruhi orang lain kepada suatu suatu pendapat atau millah , Bijak artinya adalah hati-hati cermat dan teliti dalam menghadapi kesulitan . Dengan demikain makna dari potret da'wah bijak adalah gambaran tentang da'wah yang penuh dengan kehati-hatian, dan cermat dalam menjalankannya.
Hikmah artinya adalah tepat dalam melakukan tindakan dan perkataan dan menempatkan sesuatu sesuai dengan tempatnya , Qoul berasal dari bahasa arab yang berma'na perkataan. Dalam berda'wah kepada sesama kaum muslimin ma'nanya adalah pembatasan bahasan berkisar seputar da'wah kepada kaum muslimin. Dengan demikian maksud dari Hikamah fil-Qoul dalam berda'wah kepada sesama kaum muslimin adalah sikap yang tepat dalam berdawah dari sisi perkataan kepada sesama kaum muslimin.
Makna keseluruhan dari judul Potret da'wah bijak (hikmah fil-qoul dalam berda'wah kepada sesama kaum muslimin) adalah penejelasan tentang gambaran da'wah yang bijak yang terealisasi dengan da'wah bil qoul yang penuh dengan kehati-hatian dan kecermatan.
C. Strata kaum muslimin dalam tinjauan fiqh da'wah
Dalam rangka mempermudah rancangan hikmah fil-qoul dalam berda'wah maka diperlukan pengklasifikasian kaum muslimin secara umum, karena setiap strata memerlukan metode tersendiri. Hal ini sebagaimana rasulullah  pernah mengklasifikasikan manusia kaitannya dengan petunjuk yang belilau bawa. Beliau bersabda::
قَالَ مَثَلُ مَا بَعَثَنِي اللَّهُ بِهِ مِنْ الْهُدَى وَالْعِلْمِ كَمَثَلِ الْغَيْثِ الْكَثِيرِ أَصَابَ أَرْضًا فَكَانَ مِنْهَا نَقِيَّةٌ قَبِلَتْ الْمَاءَ فَأَنْبَتَتْ الْكَلَأَ وَالْعُشْبَ الْكَثِيرَ وَكَانَتْ مِنْهَا أَجَادِبُ أَمْسَكَتْ الْمَاءَ فَنَفَعَ اللَّهُ بِهَا النَّاسَ فَشَرِبُوا وَسَقَوْا وَزَرَعُوا وَأَصَابَتْ مِنْهَا طَائِفَةً أُخْرَى إِنَّمَا هِيَ قِيعَانٌ لَا تُمْسِكُ مَاءً وَلَا تُنْبِتُ كَلَأً فَذَلِكَ مَثَلُ مَنْ فَقُهَ فِي دِينِ اللَّهِ وَنَفَعَهُ مَا بَعَثَنِي اللَّهُ بِهِ فَعَلِمَ وَعَلَّمَ وَمَثَلُ مَنْ لَمْ يَرْفَعْ بِذَلِكَ رَأْسًا وَلَمْ يَقْبَلْ هُدَى اللَّهِ الَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ
"Permisalan petunjuk dan ilmu yang dengannya allah  mengutusku adalah seperti hujan deras yang menghujani b`umi. Maka ada tanah baik yang meresapkan air sehingga tumbuh padanya rumput dan tumbuh-tumbuhan yang subur. Ada pula yang air tergenang sehingga Allah memberi manfaat bagi manusia. Mereka meminum airnya dan berladang dengannya. Dan ada pula yang jatuh pada tanah jenis lainnya, yaitu tanah keras (Qi'an) yang tidak bisa menyimpan air, dan tidak menumbuhkan tumbuh-tumbuhan. Semua itu adalah permisalan orang yang memahami agam Allah . Lalu apa yang aku bawa bermanfaat baginya ia mengetahui dan mengajarkannya. Dan permisalan orang yang tidak pernah perhatina dengannya dan menolak hidayah yang aku diutus dengannya. (Hr. Muslim)
Strata kaum muslimin secara global dalam tinjauan fiqh da'wah dapat dibagi menjadi 3 golongan:
1. Golongan yang mudah menerima kebenaran
Mereka adalah kaum muslimin yang masih berjalan diatas fitrahnya dan cenderung untuk menerima kebenaran. Hal Ini sebagaimana yang digambarkan oleh rasulullah seperti tanah yang ketika mendapatkan hujan langsung menyerap airnya dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan. Allah  berfirman:
وَإِذَا سَمِعُوا مَا أُنْزِلَ إِلَى الرَّسُولِ تَرَى أَعْيُنَهُمْ تَفِيضُ مِنَ الدَّمْعِ مِمَّا عَرَفُوا مِنَ الْحَقِّ يَقُولُونَ رَبَّنَا آَمَنَّا فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ
Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al Qur'an) yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri). seraya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al Qur'an dan kenabian Muhammad Shallallaahu 'alaihi wa Sallam.). (Qs. Al-Ma'idah:83)
Ayat ini menceritakan tentang raja najasyi yang menangis ketika mendengarkan ayat yang dibacakan oleh ja'far bin abi thalib. Hal ini dikarenakan hati beliau yang masih berada diatas fitrah hingga mudah untuk menerima kebenaran. Allah  berfirman:
إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
"Sesungguhnya jawaban oran-orang mu'min, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. "Kami mendengar, dan kami patuh". Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. (Qs. An-Nur: 51)
Golongan ini mempunyai beberapa tingkatan sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Qayyim al-jauzilah ketika beliau mengomentari firman Allah subhanahu wata'ala dalam Al-Qur'an surah Shaad ayat yang ke 45, beliau berkata dengan ringkasan sebagai berikut:
a. Orang yang mempunyai kekuatan untuk menerapkan Al-Haq.
b. Kebalikannya yaitu tidak mempunyai kemampuan bashirah dalam agamanya dan tidak mempunyai kekuatan untuk menerapkan Al-Haq.
c. Orang yang mempunyai bashirah dalam agamanya namun tidak mempunyai kemampuan untuk menerapkan kebenaran dan da'wah.
d. Orang yang mempunyai kekuatan dan kemauan yang kuat, namun tidak mempunyai lemah bashirahnya dalam agama.
2. Golongan Ahli ma'syiat dan terkendalikan oleh hawa nafsu
Mereka ini adalah kaum muslimin yang sering melakukan dosa-dosa karena ketidak mampuan untuk mengendalikan hawa nafsunya. Memang pada hakikatnya hawa nafsu manusia senantiasa cenderung kepada keburukan, kecuali yang jiwa yang dirahmati oleh Allah  :
وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ
"Sesungguhnya aku tidak bisa menahan nafsuku, karena ia senantiasa cenderung mengajak kepada yang buruk, kecuali jiwa yang dirahmati oleh Allah . Sesungguhnya Allah maha mengampuni lagi maha mengasihi.” (Qs. Yusuf: 12)
Golongan ini adalah orang-orang yang terbelenggu dalam tawanan syaitan dan susah untuk mengeluarkan diri darinya. Ibnu qayyim al-jauziah berkata: "Para pelaku dosa akan senantiasa berada dalam tawanan syaitan dan penjara hawa nafsunya serta ikatan syahwatnya. Dia akan senantiasa tertawan, terpenjara dan terikat. Yang mana tidak ada ketertawanan yang lebih buruk keadaannya dibandingkan tertawan oleh seberat-berat musuh. Dan tak ada penjara yang lebih sempit dibandingkan penjara penjara nafsunya. Serta tidak ada ikatan yang lebih susah dilepasakan melebihi ikatan syahwat. Bagaimana mungkin mereka akan meniti jalan menuju Allah dan hari akhirat sedangkan hati merka tertawan, terpenjara dan terikat? Dan bagaimana mungkin mereka akan bisa melangakahkan kaki meski satu langkah?"
Kemudian beliau menyebutkan hadits Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:
الشَيْطَانُ ذِئْبُ الإِنْسَانِ
"Syaitan adalah serigalah bagi manusia". (Hadis Dhaif yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad)
Apabila mereka senantiasa berada dalam keadaan seperti ini dan tidak berusaha melepaskan diri darinya, maka lama-kelamaan dosa-dosa ma'syiat itu akan menutupi hatinya sebagai mana Rasulullah saw bersabda:
إِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا أَذْنَبَ كَانَتْ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فِي قَلْبِهِ فَإِنْ تَابَ وَنَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ صُقِلَ قَلْبُهُ فَإِنْ زَادَ زَادَتْ فَذَلِكَ الرَّانُ الَّذِي ذَكَرَهُ اللَّهُ فِي كِتَابِهِ{ كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ }
"Sesungguhnya seorang mu'min apabila ia melakukan suatu dosa maka akan ada satu bintik hitam di hatinya. Apabila ia bertaubat dan meninggalkannya dan beristighfar maka akan kembali bersih hatinya. Akan tetapi apabila bertambah, maka akan bertambah pula ia. Itulah Raan yang disebutkan dalam firman Allah: "sekali-kali tidak demikian, sebenarnya apa yang senantiasa mereka usahakan itu menutupi hati mereka". (Hr. Ibnu Majah)
Berkata Hasan Al-Bashriy tentang apa yang dimaksu dengan Raan: ”Ia adalah dosa yang berlapis diatas dosa. Dan para mufasirin yang lain berkata: apabila semakin banyak dosa dan perbuatan ma'syiat, maka itu semua akan menempel dan mengelilingi hatinya".
3. Golongan yang bersikap keras dan menolak kebenaran
Mereka ini bisanya adalah para ahli bid'ah yang tertipu dengan amalan-amalan yang mereka anggap sebagai kebaikan. Perbuatan bid'ah ini mempunyai dampak negatif yang sangat besar terhadap kaum muslimin. Karena perbuatan bid'ah sama halnya membuat syari'at baru yang tidak pernah diperintahkan oleh Allah dan rasulnya. Para pelaku bid'ah ini berbeda-beda tingkatannya sesuai dengan jenis kebid'ahannya. Bahkan diantara pelakunya ada yang sampai pada tingkatan kafir dan keluar dari agama islam.
Yang menyebabkan mereka susah dalam menerima kebenaran adalah kejahilan mereka dan menganggap bahwa apa yang mereka lakukan adalah kebenaran. Beda dengan pelaku ma'syiat yang masih megakui perbuatannya sebagai kesalahan hanya saja ia susah untuk melepaskan diri dari meninggalkannya. Hingga dengan kenyataan ini mereka lebih susah dalam menerima kebaikan bahkan menentang dengan keras. Berkata Sufyan Ats-Tsauriy:
البِدْعَةُ أَحَب إِلَى إِبْلِيْس مِن المَعصِية فَإن المَعصِيةَ يُتَابُ منهَا والبِدعَةُ لا يُتابُ منهَا.
"Bid'ah lebih disenangi oleh iblis dari pada ma'syit, karena Ma'syiat orang kan bertaubat atasnya, sedangkan bid'ah seorang tidak akan bertaubat atasnya".
Berkata ibnu taymiyah ketika mengomentari perkataan di atas: "maksud dari orang tidak akan taubat atasnya adalah, bahwa pelaku bid'ah yang melakukan agama yang tidak disyari'atkan oleh Allah dan rasulnya, syaitan akan menghiasi perbuatan buruk mereka hingga ia menganggapnya sebagai suatu kebaikan, dan ia tidak mungkin bertaubat atasnya selagi ia masih menganngapnya sebagai suatu kebaikan, karena taubat diawali dari kesadaran seseorang bahwa apa perbuatan itu adalah keburukan yang ia harus bertaubat darinya, atau kesadaran seseorang bahwa ia meninggaklan suatu yag diperintahkan baik itu wajib atau sunnah kemudian ia bertaubat dan melaksanakannya, selagi ia menganggapnya sebagai suatu kebaikan padahal itu adalah keburukan maka ia tidak akan taubat darinya.
D. Hikmatul Qoul dalam berda'wah kepada sesama kaum muslimin
Setelah memaparkan strata kaum muslimin ditinjau dari sisi fiqh da’wah, akan memudahkan bagi kita untuk merumuskan hikamah fil-qoul sesuai dengan keadaan mereka masing-masing.
1. Hikamah fil qoul kepada mereka yang mudah menerima kebenaran
Mereka yang mempunyai karakter semacam ini, tidak sesusah yag ke dua dan ketiga yang membutuhkan penyadaran dari penyelewengan mereka. Sehingga dalam da'wah bil qoul kepada kelompok ini terfokus kepada pengarahan kepada kemapanan dalam beragama. Pengarahan ini bisa dilakukan denga metode mauidzoh hasanah (Nasehat yang baik)
Mauidzoh hasanah ini dapat ditererapkan dengan beberpa cara:
 Nasehat yang berupa penambahan ilmu
Nasehat semacam ini bisa berupa penyampaian ilmu dalam masalah Aqidah dan hukum-hukum syari'at yang mencakup halal, haram, mandub, makruh, dan mubah. Kalau kita meneliti al-qur'an maka kita akan mendapatkan bahwa metode al-qur'an dalam menerangkan permasalahan yang berkenaan dengan hukum, menggunakan metode nasehat yang dapat meluluhkan hati dan mendorong untuk mengamalkannya serta bertahap sesuai dengan kesiapan mental orang yang kan dinasehati.
Hal ini sebagai mana dicontohkan dalam firman Allah subhanahu wata'ala:
يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ قُلْ فِيهِمَا إِثْمٌ كَبِيرٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَإِثْمُهُمَا أَكْبَرُ مِنْ نَفْعِهِمَا وَيَسْأَلُونَكَ مَاذَا يُنْفِقُونَ قُلِ الْعَفْوَ كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الْآَيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُونَ
"Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfa'at bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfa'atnya". Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: " Yang lebih dari keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamMereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfa'at bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfa'atnya" (Al-Baqarah: 219)
Dari ayat ini kita mengetahui betapa tepatnya metode qur'an dalam mengajarkan ilmu. Dengan memberikan penyadaran kepada manusia tentang sesuatu yang berbahaya bagi dirinya. Sehingga hal ini akan menarik perhatian setiap orang terhadap sesuatu yang akan memabahayakan dirinya secara biologis ataupun psikis dan terdorong untuk meninggalkannya. Kemudian metode nasehat yang digunakan dengan cara bertahap juga akan lebih berpengaruh kepada jiwa manusia. Sebagai mana ayat diatas turun secara bertahap dala ayat lain yang turun pada kesempatan yang lain:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَقْرَبُوا الصَّلَاةَ وَأَنْتُمْ سُكَارَى حَتَّى تَعْلَمُوا مَا تَقُولُونَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan (Al-Ma'idah: 43)
Kemudian pada tahap selanjutnya Allah subhanahu wata'ala menejelaskan dengan tegas tentang keharamannya dalam firmannya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْأَنْصَابُ وَالْأَزْلَامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ. إِنَّمَا يُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُوقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاءَ فِي الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ وَيَصُدَّكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَعَنِ الصَّلَاةِ فَهَلْ أَنْتُمْ مُنْتَهُونَ
"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah , adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu) (Al-Maidah: 90-91)
Begitulah gambaran metode al-qur'an dalam penyampaian ilmu yang dapat menarik hati manusia dan memperhatikan tahapan-tahapan yang sesuai dengan kesiapan mental pendengar.
 Nasehat dalam mengajari adab-adab.
Nasehat ini dilakukan dalam rangka untuk mengajarkan akhlaq mulia yang seharusnya dimiliki oleh seorang muslim. Contohnya seperti lemah lembut, pemberani, tepat janji, sabar dan dermawan. Demikian juga dengan cara menerangkan kepada mereka tentang keutamaan dan manfaat dari perilaku tersebut. Kemudian juga memperingatkan mereka tentang akhlaq-akhlaq yang tercela seperti tergesa-gesa dalam memutuskan suatu urusan, mengingkari janji, pengecut dan kikir, serta memperingatkan mereka agar menjauh dari sifat-sifat tersebut.
Dan dasarankan bagi para da'i untuk memperhatikan bagaimana al-qur'an dan sunnah serta atsar sahabat berbicara tentang dua macam akhlaq diatas, serta bagaimana sikap para salaf terhadapnya. Karena apabila seorang da'i memjiawai hal tersebut di dalam hatinya maka itu akan lebih mudah untuk diterima oleh para mad'u. Hal ini dikarenakan bahwa da'wah yang disampaikan dari lubuk hati yang bersih dan mencerminkan apa yang ia da'wahkan, akan lebih mudah untuk diterima oleh hati orang lain.
Dan apabila seorang da'i menginginkan agar da'wahnya berhasil dengan maksimal, maka hendaknya ia memperhatikan hal-hal tersebut dibawah ini:
1. Memperhatikan kemungkaran yang tersebar, baik yang kemunculannya sejak zaman dahulu, ataupun kemungkaran sedang aktual dalam perbincangan masyarakat. Dengan demikian ketika memberikan contoh seorang da'i akan lebih mampu untuk memahamkan mereka denga realita yang ada dihadapan mereka.
2. Menyelesaikan kemungkara-kemungkaran tersebut dimulai dari yang terbesar mudharatnya, dan paling buruk pengaruhnya. Inilah yang kemudian dijadikan sebagai fokus inti nasehat yang akan disampaikan.
3. Selanjutnya mengajak mereka untuk merenungi tentang pengaruh buruk dari hal tersebut baik dari sisi perilaku, kehidupan masyarakat, kesehatan dan ekonomi
4. Kemudian mengemukakan kepada mereka ayat-ayat al-qur'an dan hadits rasulullah yang membicarakan tentang hal tersebut dan cara penyelesaiannya.
5. Kemudian hendakanya ia menulis poin-poin penting yang berkenaan dengan mudharat yang akan terjadi karena kemungkaran tersebut serta mencantumkan ayat-ayat al-qur'an yang menerangkan tentangnya dalam sebuah makalah.
Dan apabila seorang da'i ingin memotivasi para mad'unya untuk melakukan suatu amal kebaikan, maka hendanyanya menggunakan metode berikut ini:
1. Mengajak mereka untuk berfikir dan merenungi tentang keutamaan suatu amal kebaikan dan pengaruh positif yang ditimbulakan dalam kehidupan.
2. Mengemukakan kepada mereka dalil-dalil shahih dari al-qur'an, sunnah dan atsar shabat yang berkenaan tentang keutamaan hal tersebut.
3. Kemudian dianjurkan baginya untuk menulis hal tersebut dalam sebuah karya tulis yang akan dibaca oleh masyarakan secara menyeluruh.
Setelah beberapa metode diatas dilakuakan, maka selayaknya juga bagi seorang da'i untuk memperhatiakan keadaan mad'unya dan mengkondisikan suasana agar penyampaian tersebut dapat difahami dengan baik. Dalam menyampaikan suatu ungkapa kepada masyarakat awam haruslah diukur denga kemampuan daya tangakapa mereka, dan menjauhi ungkapan-ungkapan yang bagi mereka cukup berat untuk difahami.
2. Hikamatul Qoul kepada para pelaku ma'syiat
Pada hakikatnya, sebagai mana telah disampaikan di awal bahwa para pelaku dosa besar meyakini bahwa perbuatannya adalah suatu kesalahan. Akan tetapi ia tidak kuasa untuk meninggalakan perbuatan tersebut karena terkuasai oleh dorongan hawa nafsunya. Maka metode yang tepat untuk menda'wahi mereka adalah dengan cara mengarahkan mereka kepada kesadaran denga cara targhib dan tarhib. Karena metode ini sangat berpengaruh pada kepribadian manusia secara umum. Yang demikian ini dikarenakah bahwa fitrah manusia itu senantiasan mendambakan keabikan dan mendapatkan apa yang ia cintai. Mereka akan terdorong untuk melakukan suatu tindakan yang akan menghasilakan kebaiakan dan menjauhkan dirinya dari yang membahayakan. Al-Qur'an telah bayak mencontohkan kepada kita tentang metode targhib dan tarhib ini sebagaiman disebutkan dalam hadits rasulullah n :
إِنَّ هَـذَا الْقُرْآنَ يِهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْراً كَبِيراً. وأَنَّ الَّذِينَ لاَ يُؤْمِنُونَ بِالآخِرَةِ أَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَاباً أَلِيماً
Sesungguhnya Al Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar. dan sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, Kami sediakan bagi mereka azab yang pedih (Qs. Al-Isra' 9-10)
Al-qur'an sebagai petunjuk kepada jalan yang paling lurus dan terang. Dan diatara petunjuknya adalah targhib terhadap orang yang melakukan ketaatan, menjaga syari'at Allah dan meberikan kabar gembira kepada mereka tentang ganjaran yang akan ia dapatkan dikehidupan kelak. Demikian pula al-qur'an memeberikan hidayah tentang tarhib kepada para pelanggar batasan-batasan syar'i dengan acaman-ancaman yang berupa adzab pada kehidupan kelak nantinya.
Dengan demikian henadaknya para da'i menggunakan dua metode diatas dalam rangkan menyadarkan para pelaku dosa besar agar supaya meninggalkan kesalahannya.
1. At-Targhib dan At-Tabsyir (pemberian motivasi dan kabar gembira)
Diantar macam-macam targhib adalah sebagaimana berikut ini:
a. Motivasi dengan janji akan kebaikan di dunia
ketika seseorang mengamalkan keimananan dan keistiqamahan dalam keta'atan kepada Allahl, maka ia akan medapatkan balasan di kehidupan dunia berupa:
 Kehidupan yang bahagia dan selamat dari malapetaka. Hal ini sebagaimana firman Allah l
مَنْ عَمِلَ صَالِحاً مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُواْ يَعْمَلُونَ
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (An-Nahl: 97)
 Janji akan kekuasaan (khalifah) dimuka bumi
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُم فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْناً يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئاً وَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (Qs. An-Nur: 55)
 Jaji-Janji yang berupa pertolongan seperti:
Janji tentang perwalian Allah atas orang beriman:
اللّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ آمَنُواْ يُخْرِجُهُم مِّنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّوُرِ وَالَّذِينَ كَفَرُواْ أَوْلِيَآؤُهُمُ الطَّاغُوتُ يُخْرِجُونَهُم مِّنَ النُّورِ إِلَى الظُّلُمَاتِ أُوْلَـئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (Qs. Al-Baqarah: 257)
Janji kecukupan ayang akan diberikan oleh Allah l :
وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْراً
"Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (Qs. At-Thalaq: 3)
Janji yang berupa kemuliaan:
يَقُولُونَ لَئِن رَّجَعْنَا إِلَى الْمَدِينَةِ لَيُخْرِجَنَّ الْأَعَزُّ مِنْهَا الْأَذَلَّ وَلِلَّهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَلَكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَا يَعْلَمُونَ
Mereka berkata: "Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari padanya." Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mu'min, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui (Qs. Al-Munafiqun: 8)
b. Motivasi dengan menceritakan kisah-kisah orang terdahulu
Merupakan bukti maha kasih sayang dan pengampunnya Allah l ia akan senantiasa menerima taubat para hambanya. Disebutkan dalam hadits rasulullah n:
يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ عَمِلْتَ قِرَابَ الْأَرْضِ خَطَايَا وَلَمْ تُشْرِكْ بِي شَيْئًا جَعَلْتُ لَكَ قُرَابَ الْأَرْضِ مَغْفِرَةً
"Allah l berfirman: wahai anak adam, meskipun engkau telah melakukan dosa sebesar bumi, akan tetapi engkau tidak mempersekutukan aku, maka niscaya akan akan berikan yang semisalnya pengampunan" (Hr. Ahmad)
Diantara kisah orang-orang terdahulu adalah dikabulkannya do'a nabi adam dan hawa setelah melakukan kesalahan:
قَالاَ رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi. (Qs. Al-A'raf: 23)
فَتَلَقَّى آدَمُ مِن رَّبِّهِ كَلِمَاتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (Qs. Al-Baqarah: 37)
Masih banyak kisah-kisah lain yang menceritakan tentang mereka yang kembali kejalan kebenaran setelah sekian lama terpuruk di jurang kenistaan dan Allah pun memberikan pengampunan dan kehudupan yang baik untuk mereka.
c. Motivasi dengan janji akan kebaikan dikehidupan akhirat
Allah l menjanjikan kepada mereka kehidupan yang baik diakhirat denga dimasukkan ke dalam jannahnya. Rasulullah n bersabda bahwa Allah l berfirman:
أَعْدَدْتُ لِعِبَادِي الصَّالِحِينَ مَا لَا عَيْنٌ رَأَتْ وَلَا أُذُنٌ سَمِعَتْ وَلَا خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ
"Aku menyiapkan bagi hambaku yang shaleh kenikmatan yang belum pernah dipandang oleh mata, belum pernah didengar oleh telinga, dan belum pernah terbersit di dalam hati seorang hamba (Hr. Bukhari)
2. At-tarhib dan Al-Indzar ( menakut-nakuti dan memperingatkan)
Menakut-nakuti dan memperingatkan kepada pelaku ma'syiat terhadap dampak negatif dan balasan yang akan ia dapatkan dikehidupan kelak terkadang akan berpengaruh kepada dirinya. Dan metode ini dapat diterapkan dengan dua cara:
a. Memperingatkannya denga adzab yang segera di dunia
Ibnu Qoyyim Al-Jauziah telah panjang lebar menerangkan tentang hal ini di dalam kitab beliau "Al-Jawabul kaafi liman sa'ala anid dawa'is syafiy" diantaranya adalah sebagai berikut.
 Ma'syiat akan melemahkan kemauan untuk berbuat baik.
 Ma'syiat akan meyebabkan kehina'an bagi diri seseorang sebagaimana Allah l
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعِزَّةَ فَلِلَّهِ الْعِزَّةُ جَمِيعًا
"Barang siapa yang menginginkan kemuliaan maka, seluruh kemuliaan tu adalah milik Allah l" (Qs. Fathir: 10)
 Masyiat penyebab kerusakan di muka bumi
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar) (Qs. Ar-Rum: 41)
 Ma'syiat akan melenyapkan kenikmatan
ذَلِكَ بِأَنَّ اللّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّراً نِّعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَى قَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنفُسِهِمْ وَأَنَّ اللّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

(Siksaan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah sesuatu ni'mat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu merubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri , dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Qs. Al-Anfal: 53)
b. Memperingatkan tentang ummat terdahulu yang dihancurkan karena kema'syiatan mereka.
 Kaum nabi nuh:
فَفَتَحْنَا أَبْوَابَ السَّمَاء بِمَاء مُّنْهَمِرٍ. وَفَجَّرْنَا الْأَرْضَ عُيُوناً فَالْتَقَى الْمَاء عَلَى أَمْرٍ قَدْ قُدِر
"Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah. Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air, maka bertemulah air-air itu untuk suatu urusan yang sungguh telah ditetapkan. (Qs. Al-Qamar: 11-12)
 Kaum Aad yang Allah l menghancurkannya dengan angin.
 Kaum Nabi Luth yang Allah l mebalikkan negeri mereka dan mengujaninya denga bebatuan.
 Fir'aun dan kaumnya yang ditenggelamkan oleh Allah l
c. Memperingati mereka dengan adzab yang akan didapatkan di akhirat.
 Akan dimasukkan kedalam neraka sebagaiman friman Allah l
وَمَن يَعْصِ اللّهَ وَرَسُولَهُ وَيَتَعَدَّ حُدُودَهُ يُدْخِلْهُ نَاراً خَالِداً فِيهَا وَلَهُ عَذَابٌ مُّهِينٌ
"Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan" (Qs. An-Nisa: 14)
 Keada'an yang mengerikan pada hari akhirat:
هَذَانِ خَصْمَانِ اخْتَصَمُوا فِي رَبِّهِمْ فَالَّذِينَ كَفَرُوا قُطِّعَتْ لَهُمْ ثِيَابٌ مِّن نَّارٍ يُصَبُّ مِن فَوْقِ رُؤُوسِهِمُ الْحَمِيمُ. يُصْهَرُ بِهِ مَا فِي بُطُونِهِمْ وَالْجُلُودُ. وَلَهُم مَّقَامِعُ مِنْ حَدِيدٍ
Inilah dua golongan (golongan mu'min dan golongan kafir) yang bertengkar, mereka saling bertengkar mengenai Tuhan mereka. Maka orang kafir akan dibuatkan untuk mereka pakaian-pakaian dari api neraka. Disiramkan air yang sedang mendidih ke atas kepala mereka. Dengan air itu dihancur luluhkan segala apa yang ada dalam perut mereka dan juga kulit (mereka). Dan untuk mereka cambuk-cambuk dari besi. (Qs. Al-Hajj: 19-20-21)
3. Hikamatul Qoul kepada mereka yang menolak kebenaran
Kelompok yang menolak kebenaran ini bisanya dimotori oleh para pelaku bid'ah. Hal ini dikarenakan mereka menganggap bahwa perbuatannya adalah benar. Adapun metode hikamah yang bisa diterapkan kepada mereka adalah:
a. Menyampaikan kebenaran dan menjelaskan kebatilah mereka
Karena tekadang mereka melakukan kesalahan dan menolak kebenaran berangkat dari kejahilan mereka tentang hakiakat kebenaran. Sehingga menjadi kewajiban bagi seorang da'i untuk menyampaikan kebenaran dan kemudian menelaskan kesalahan mereka. Sehingga ketika mereka ingin sadar dan ingin meninggalkan kesalahannya mereka secara langsung dapat mengetahui amalan kebenaran apakah yang seharusnya ia kerjakan.
Terkadang seorang da'i hanya bisa meyalahkan tanpa bisa memberikan solusi terhadap permasalah yang ia hadapi. Sikap semacam ini hanya akan menyebabkan kebingunga bagi orang yang disalahkan dan bisa jadi hanya akan memindahkan mereka dari satu bi'ah ke bid'ah yang lainnya kerena mereka tidak mengetahui kebenaran yang seharusnya mereka lakukan.
Rasulullah n sendiri dalam menda'wahkan kalimat tauhid terlebih dahulu mengenalkan kepa kaum musyrikin tentang kebenaran Allah l dan keharusan menyembahnya, kemudian bara beliau meyalahkan peribadatan mereka. Demikia juga sikap Rasulullah n ketika melihat seorang badui yang kencing didalam masjid beliu tidak langsung mengecamnya. Akan tetapi beliau membiarkannya untuk meyelesaikan hajatnya baru beliau menjelaskan tentang salahnya perbutan itu.
b. Menjelaskan tentang dampak negatif perbuatan mereka.
Diharapkan ketika ia mengetahui akan dampak negativ yang diakibatkan dari perbuatan mereka, akan menggugah hatinya untuk meninggalkan perbuatan tersebut. Diatara dampak negativ itu adalah:
1. Turunnya murka Alloh Subhanahu Wata'ala
Perbuatan Bid'ah adalah merupakan salah satu bentuk maksiat kepada Alloh Subhanahu wata'ala, dan setiap kemaksiatan akan menyebabkan turunnya murka Alloh. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa ia berkata :
إِنَّ أَبْغَضَ الْأُمُوْرِ إِلَى اللهِ تَعَالَى الْبِدَعُ
"Sesungguhnya perkara yang paling dimurkai oleh Alloh adalah bid'ah". ( HR. Baihaqi )
2. Terabaikannya Sunnah-sunnah Rosululloh Shollallohu Alaihi Wasallam
Disebabkan tersebarnya kebid'ahan menjadikan manusia melalaikan sunnah-sunnah rosululloh Shollallohu Alaihi Wasallam dan lebih cenderung untuk melakukan sesuatu yang diada-adakan tersebut. Terlebih lagi bahwa perbuatan bid'ah tidak akan terlepas dari pada hawa nafsu yang disenangi oleh kebanyakan manusia. Rosululloh Shollallohu Alaihi Wasallam bersabda:
مَا ابْتَدَعَ قَوْم بِدْعَةً إِلاَّ نَزَع الله ُعَنْهُمْ مِنَ السّنَّةِ مِثْلَهُ
"Tidaklah suatu kaum melakukan kebid'ahan kecuali akan terangkatnya dari mereka satu sunnah yang sejenis" ( HR.Ahmad )
Maksudnya adalah perbuatan Bid'ah itu akan menduduki wilayah sunnah, setiap kali seseorang melakukannya maka sunnah yang yang sejenisnya akan terabaikan.
3. Terjadinya perpecahan
Sebagaimana kunci tercapainya persatuan adalah mengikuti jalan Alloh yaitu Al-Qur'an dan Sunnah, Maka perbuatan Bid'ah adalah di antara penyebab utama terjadinya perpecahan Ummat Islam dikarenakan melesat dari pedoman yang seharusnya mereka pegang.
وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
"Dan sesungguhnya ini adalah jalanku yang lurus maka ikutilah dan jangan mengikuti jalan-jalan yang lain itu maka niscaya kalian akan berpecah belah dari jalannya". ( Al-An am: 153 ).
4. Berkuasanya kesesatan
Berkata Sufyan Ats Tsauri:
الْبِدْعَةُ أَحَبُّ إِلَى إِبْلِيْس مِنَ الْمَعْصِيَةِ
"Bida'ah itu lebih di cintai oleh iblis dari pada Bid'ah"
Missi utama iblis adalah menyebarkan kesesatan di kalangan manusia agar bisa menjadi bala tentaranya. Maka para pelaku bid'ah adalah sasaran empuk dan paling disenangi oleh iblis dalam melaksanakan missi tersebut dibandingkan para pelaku maksiat lainnya. Para pelaku maksiat masih meyakini bahwa perbuatannya itu salah dan tidak di benarkan oleh agama, namun para pelaku bid'ah tidak merasa bersalah bahkan menganggap itulah tuntunan agama sebenarnya.
5. Kembalinya kejahiliahan di tengah masyarakat
Pelaku Bid'ah adalah orang yang sombong karena menganggap syari'at yang dibawa Nabi Muhammad Shollallohu Alaihi Wasallam masih kurang sepurna. Berkata Imam Malik: "Barangsiapa yang melakukan kebid'ahan yang dianggap suatu kebaikan maka pada hakikatnya dia menganggap bahwa Nabi Muhammad Shollallohu Alaihi Wasallam telah menghianati kerosulannya, karena Alloh Subhanahu Wata'ala berfirman: "Hari ini telah aku sempurnakan bagimu agamamu".( Al Maidah: 3 ). Para pelaku bid'ah bangga dengan apa yang mereka perbuat, dan menganggap orang-orang yang tidak mau meniru perbuatannya salah dan menyimpang. Alloh berfirman :
كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُون
"Setiap golongan merasa bangga dengan apa yang mereka miliki" ( Ar rum: 22 )
c. Mengadakan dialog dalam rangka mencari kebenara
Perbuatan semacam ini sebagai mana dicontohkan para salafus shalih dalam rangka menyadarakan kesalahan mereka. Ali  pernah mengutus ibnu abbas untuk meyeru orang-orang khawarij untuk kembali kepada kebenaran. Ibnu Abbas pun mendatangi mereka dan berdialog dengan bertanya tentang argumentasi mereka. Semua argumentasi yang mereka sampaikan dijawab oleh Ibnu Abbas. Sehingga 2000 orang di antara mereka bangkit serentak menyatakan kepuasan mereka terhadap keterangan-keterangan Ibnu Abbas dan sekaligus mengumumkan penarikan diri mereka dari memusuhi imam Ali .
Begitu juga metode semacam ini sering diguanak oleh para ulama untuk menyingkap syubhat mereka, segaimana Abu hanifa berdialog kepada orang atheis, Imam malik, syaikhul islam ibnu taymiyah dan ulama-ulama lainnya yang menggunakan metode ini untuk mematahkan hujjah-hujjah mereka.
d. Tahdzir
Apabila mereka tidak mau menerima kebenaran maka kewajiban bagi seorang da'i adalah mengecam perbuatan mereka dan memperingatkan ummat agar menjauhi orang-orang tersebut. Disebutkan dalam kitab mukhtshar al-hujjah bahwa Syu'bah berkata, "sufyan ats-tsauriy sangat membenci ahli bid'ah dan melarang duduk bersama mereka" . Fudhail bin Iyadh berkata, saya sangat berharap diantara aku dan ahli bid'ah ada tembok penghalang dari besi, saya makan bersama orang yahudi dan orang nashrani lebih baik dari pada makan bersama ahlil bid'ah.
Para ulamapun memperbolehkan menghujat dan menggunjing ahlu bid'ah. Syaikul islam ibnu taymiyah berkata di dalam majmu, fatawa: "orang yang mengajak kepada bid'ah berhak mendapatkan sangsi menurut kesepakatan kaum muslimin. Sangsi tersebut bisa dengan hukuman mati, yang telah diterapkan kepada jahm bin shafwan, ja'ad bin dirhim, ghailan al-qadariy, dan yang lainnya. Andaikata tidak memungkinkan untuk dijatuhi sangsi, maka kebid'ahan harus tetap dijelaskan kepada ummat. Sebab hal itu bagian dari amar ma'ruf nahi mungkar yang diperintahkan oleh Allah l dan rasulnya.
E. Kesimpulan dan penutup
Dari penjabaran tentang hikmatul qoul terhadap kaum muslimin diatas kami bisa menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Da'wah meskipun ia merupakan suatu amalan yang mulia akan tetapi harus dilaksanakan denga sikap yang penuh kebijakan karena bila dilaksanakan dengan asal-asalan akan susah untuk mencapai tujuan yang diinginkan
2. Perlunya pengklarifikasian masyarakat sebelum menda'wahi mereka. Karena setiap model masyarakat membutuhkan cara hikah tersendiri.
3. Inti Hikmatul Qoul kepada mereka yang mudah untuk menerima kebenaran adalah mengarahkan mereka kepada sosok yang ideal dalam menjalankan syariat islam.
4. Inti Hikamatul Qoul kepada mereka yang gemar melakukan kema'syiatan adalah penyadaran dengan cara targhib dan tarhib.
5. Inti hikatul Qoul kepada mereka yang menolak kebenaran yag dimotori oleh pelaku bid'ah adalah menegakkan hujjah kepada mereka denga mengajarkan kebenaran dan menjelaskan kesesatan perbuatan mereka serta dampak negativ yang akan dihasilkan dari perbuatan tersebut.
Demikaianlah makalah yanga kami buat berkenaa tentang hikamtul qoul dalam berda'wah kepada sesama kaum muslimin. Semoga bermanfaat bagi penulis pridi dan pembaca sekalian.
F. Referensi
1. Al-Hikamah fidda'wah ilalllah, karya said bin aliy bin wahf al-qahtaniy.
2. Jawabul kafiy liman sa'ala anid dawa'isy syafiy, karya Ibul Qoyyim Al-Jauziah, Maktabar nizar musthafa, cetakan ke 2 tahun 2004.
3. Manhaj Ahlus sunnah dalam menghadapi ahlu bid'ah, karya Dr. Ibrahim bin Amir Ar-Ruhailiy, Pustaka Kautsar, pertama tahun 2002.
4. 30 waqfah fi fannaid da'wah, karya Aidh bin Abdulloh Al-Qarniy.
5. Ad-da'wah ilallah, karya Muhammad husain ya'qub.
6. Al amru bil ittiba wannahyu anil ibtida, karya asy-syatibiy.
7. Ahdafud da'wah mamuntalaqotiha, karya Dr. Muhammad isma'il al-muqaddim
8. Mahabbatur rasul bainal ittiba wal ibtida', karya Abdur ra'uf Muhammad utsman.
9. Kamus besar bahasa indonesia, pimpinan tim redaksi hassan alwi, balai pustaka departemen pendidikan nasional.
Read More..